Malam pertama lubang hidung menghirup dalam-dalam aroma menyengat dari hamparan kembang kamboja yang merangsang rasa ketakutan, namun sangat disayangkan kengerian nampaknya lupa turut serta mungkin saja ia merasa minder dengan kemeriahan dan kemegahan jalanan di kota pahlawan, tepatnya di sebuah jalan dengan nama jalan makam.
Hal yang sangat berbeda dari tempatku berasal, kengerian masih memiliki harga diri dan martabat. Di sana tepat di kampung halamanku ketakutan dan kengerian seketika datang menyergap apabila malam tiba terutama di kawasan kuburan. Dengan bubuhan pekat dan semerbaknya aroma kembang kamboja membuat bulu kuduk berdiri tegap kala melewati kawasan kuburan.
Mungkin ini salah satu yang melatar belakangi orang-orang desa berbondong pergi ke kota selain untuk mengadu nasib atau mungkin juga sama sepertiku dengan tujuan meneruskan pendidikan, para urban berbondong-bondong berdatangan ke kota hingga membuat Ibu kota mungkin merasa sangat terbebani.
Hari ini, merupakan hari pertama seorang anak dari kampung menginjakkan kakinya di tanah kota pahlawan, langkah kecil anak sulung dari keluarga sederhana cenderung kurang yang baru saja lulus SMA yang sebelumnya bingung dan bimbang tanpa arah, kini memiliki tujuan dalam hidupnya yaitu memaksa sepasang kaki menapaki jejak di trotoar Jl. Makam untuk meniti asa sebagai Mahasiswa.
Sebelum malam ini, aku sudah sangat cukup puas diombang-ambing oleh ragu dan bimbang perihal kemana membawa kaki untuk melangkah, menjadi peramai bangku-bangku di warung kopi dengan embel-embel pengangguran yang melekat, bekerja atau memilih meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya. Dan berakhir kepada keputusan yang lebih cenderung dipaksakan seperti sekarang ini yaitu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke bangku kuliah.