Berjalan menuju kelas, Shinta memasang wajah datar ketika Brian mencoba untuk berbicara dengannya. Dengan malas Shinta tidak menanggapi ocehan yang keluar dari mulut anak itu alih-alih mempercepat gerak kakinya.
"Sin, ayolah masa gitu aja ngambek sih. Beneran deh nanti abis pulang sekolah, gua traktir es krim deh, gimana?" Brian berlari mengejar ketertinggalannya. Kemudian dia berhenti di depan Shinta dengan tangan memohon seperti budha.
"Bercanda lo ga lucu, Bri!" kata Shinta, mengelak ke samping dan kembali berjalan meninggalkan Brian di sana.
"Kenapa sih dia?" Brian menggaruk kepalanya, seraya melihat kepergian sahabatnya itu. Dia bingung, mengapa Shinta begitu marah padanya? Padahal kan hanya masalah sepele siapa yang bayar makanannya.
Sebelumnya, pada saat itu keduanya masih berada di kantin.
Shinta yang sudah menunggu lama pesanannya berniat pergi untuk bertanya kepada si ibu penjual gado-gado. Di sisi lain Brian yang tidak ingin ketahuan membuat banyak alasan agar Shinta tetap duduk manis di kursinya, sementara dia yang akan pergi untuk bertanya. Namun, karena melihat ekspresi mencurigakan pada mimik wajah Brian, Shinta menolak saran itu dan memilih untuk pergi bertanya langsung!
Firasatnya berangsur memburuk, begitu dia mengambil jarak dekat dengan stand tempat gado-gado tersebut. Dia melihat barisan besar yang mengantri, terlihat juga seorang murid laki-laki yang tengah berdiri di atas meja dan berbicara dengan keras. Shinta pun yang penasaran segera mendekat untuk melihat siapa anak cowok itu.