"Cukup untuk pelajaran sejarah kali ini. Untuk tugas, silahkan kerjakan latihan soal halaman empat belas, dari nomor satu sampai nomor dua puluh. Dikumpulkan pada saat pertemuan berikutnya," kata Bu Imelda, mengakhiri kelas terakhir di hari itu.
Tak menunggu waktu lama, bel sekolah pun berdering dan Bu Imelda membawa buku dan barang-barangnya keluar dari kelas. Seketika saja ruangan itu kembali hidup, para murid yang sebelumnya terlihat suram berubah menjadi seperti dihidupkan kembali. Mata mereka yang mengantuk seketika menjadi begitu segar selepas mendengar bunyi bel yang paling ditunggu-tunggu itu.
Tidak terkecuali pada Brian. Dia sebelumnya tengah mengantuk dengan tangan yang menyangga kepalanya, tiba-tiba saja terbangun setelah mendengar bunyi bel itu. Beberapa saat dia terdiam dan melihat ke segala arah dan mencari keberadaan Bu Imelda di kelas itu. Sampai dia menemui kesimpulan akhir, apa kelasnya udah selesai?
Setelah merasa nyawanya sepenuhnya telah kembali, dia melirik untuk melihat di mana Shinta berada. Dia pun mendapati anak itu telah merapikan barang-barangnya dan memasukan ke dalam tas. Kemudian dia beranjak dari kursinya dan bersiap untuk pergi meninggalkan kelas.
"Eh Shin, tunggu...."
Brian buru-buru menaruh buku yang ada di atas mejanya ke kolong. Kemudian meraih tasnya dan beranjak pergi menyusul Shinta yang sudah jalan terlebih dulu. Berlari keluar pintu kelas dan melirik ke arah kanan dan kiri, Brian menemukan Shinta berjalan langsung melewati koridor yang searah dengan jalan menuju gerbang. Dengan langkah besar, akhirnya dia berhasil mengejar ketertinggalannya.
"Sin, lo masih marah?" Berjalan di samping, Brian menyenggol Shinta dengan pelan.
"Apa sih lo!"
Shinta mengernyit dan balas menyikut Brian dengan keras, membuat anak cowok itu oleng ke samping dan hampir jatuh. Brian menjadi terdiam dan menghela napas, dia kembali mengejar Shinta dan sampai di sampingnya lagi. Kali ini pandangannya jauh ke depan dan tak sengaja menangkap tumpukan para siswa yang tengah mengerubungi sesuatu. Brian pun tampak linglung dan sengaja untuk bertanya kepada Shinta.
"Eh, liat deh. Itu ada apaan si?" kata Brian seraya menunjuk jarinya ke arah depan. Diam-diam dia melirik untuk melihat reaksi apa yang akan diperlihatkan sahabatnya itu.
Semakin berjalan dan mendekati kerumunan, Shinta melihat sebuah mobil tengah berhenti di depan gerbang. Sebenarnya, jujur saja Shinta sedikit penasaran mengapa mobil itu tidak masuk ke dalam parkiran? Dan juga Pak Satpam kenapa tidak memberi penjelasan kepada si pemilik, kalau memarkir mobil di sana akan menutupi jalan. Shinta pun menghela napas berat dan memutuskan untuk menerobos kerumunan, anak-anak yang didominasi cewek itu pun kesal dan berbicara kasar pada Shinta karena telah memaksa untuk lewat.
Sampai tiba di barisan paling depan, Shinta yang mulai bisa melihat dengan jelas mobil itu menjadi terkejut ketika melihat seorang pria tengah berada di dalam mobil, menatap ke arahnya dan melemparkan senyuman hangat yang begitu melelehkan hati. Shinta tertegun, jantungnya berdebar-debar dan dia menjadi salah tingkah.
"Tuh kan, dia senyum ke gua!"
"Ish, sok kecantikan Lo! Dia senyumin gua tau!" kata anak cewek lain yang sewot karena anak lain mengaku-ngaku.