Senandika

Salsabila Octavia Ismail
Chapter #4

Bab 4

Pagi ini jadwalnya aku harus berangkat ke kampus dan kebetulan ternyata aku satu kampus dengannya jadi saat ini kuputuskan untuk membonceng saja toh diapun tidak keberatan jika aku bareng bersamanya serta pacarnya yang baru. Setelah sarapan tadi ku putuskan untuk kembali ke kamar mengambil hoodie yang sering aku pakai, dan menunggu nya sebentar lagi dengan bercermin, memastikan penampilan ku hari ini tidak aneh. 

"Jangan lagi ada masalah hari ini ya, hari ini saja tidak apa." kataku monoton sambil bercermin. Polesan bedak tipis dengan lipstik berwarna natural sangat pas dengan wajahku supaya tidak tampak pucat karna terlalu putih. 

Tiba-tiba saja pintu kamar terketuk, diikuti dengan suara khas milik Kak Babas yang nengatakan bahwa ternyata Adam sudah datang dan sedang menunggu di ruang tengah. 

"Setelah ini aku menyusul, wait, Bang."

"Lekaslah segera, jangan membuatnya menunggu lama." sahutnya dari luar ruangan. 

Saat berada di ruang tengah betapa terkejutnya diriku melihat kekasih Adam yang baru, sebenarnya aku belum pernah sama sekali bertemu dengannya bahkan Adam tidak berbagi cerita tentang kekasihnya, ya karna aku pun tidak menanyakan. Ternyata itu adalah pemain film yang sering muncul di layar tv, wajahnya cantik, berdarah blasteran Indonesia-Jepang, berkulit putih, dan yang paling dominan darinya adalah bertubuh tinggi mungkin sekitar 160cm atau lebih, serta memiliki tubuh yang ideal. 

"Tidak ku sangka bahwa temanku yang satu ini berkencan dengan seorang aktris cantik seperti dia, ah siapa namanya? Aku sungguh tidak begitu kenal banyak aktris di Indonesia." baru kali ini aku bertanya seperti sangat penasaran, tapi sejujurnya itu memang benar adanya. Bagaimana bisa mantanku itu berkencan dengan seorang aktris? 

"Ah, kau sudah lebih dari siap untuk hari ini jadi ayo, lebih baik kita lekas berangkat dan aku juga belum sarapan jadi sesampainya di kampus aku harus pergi makan terlebih dahulu. Jangan sampai rasa laparku ini menjadi lebih menyiksa ku." belum sempat aku menyetujui ajakannya, dia sudah lebih dulu menarik tanganku dan kekasihnya untuk lekas berjalan. 

"Kak Bas, aku pergi, Assalamualaikum." 

Singkat cerita, kini aku tengah berada di ruang kelas, seperti teman-teman yang lainnya di mana kami sedang memperhatikan materi yang disampaikan oleh dosen melalui power pointnya. Namun sepertinya aku tidak benar-benar memperhatikan, tubuhku memang berada di ruang ini, mataku memang tertuju depan di mana materi sedang disampaikan, namun pikiran ku masih saja memikirkan banyak hal seperti kejadian tadi saat berada di mobil bersama Adam dan pacarnya itu. Aku hanya tidak habis pikir dan sedikit tidak percaya bahwa pacarnya itu dengan mudahnya membicarakanku di hadapan Adam.

"Oh, kamu itu adiknya Kak Mentari yang partner ku di pemotretan film terbaru yang di adakan satu minggu yang lalu, ya? Wah, sayang, aku tidak menyangka loh bisa bertemu langsung dengan adiknya Mentari yang di mana dia tidak banyak orang mengenalinya padahal kedua kakaknya itu  terkenal sekali, bahkan aku pun baru tahu kalau mereka berdua memiliki adik perempuan yang kata mereka adiknya menolak ajakan pemotretan demi karya tulisnya. Memang, seterkenal apa dirimu di kalangan penulis dan penerbit sehingga tidak tertarik dengan dunia pemotretan hingga film?" tanyanya dengan ekspresi penuh tanya, entah itu memang bertanya atau ada unsur negatif untuk menjatuhkan harga diriku. Bahkan saat bertanyapun tidak menatapku secara langsung, melainkan hanya melirik melalui kaca spion dalam mobil. 

"Sangat tidak sopan." tanpa sengaja aku memukul meja tempatku duduk.

Tidak hanya seisi ruang terkejut, aku juga terkejut karna ini semua gegara pikiran alam bawah sadarku yang kemudian tanpa sengaja menjadi seperti terjadi di dunia nyata. 

"Apa maksud Anda sangat tidak sopan, Saudari Talia Embun?"

"Ah, rasanya malu sekali." batinku. 

"Tidak ada, Pak. Maaf sudah mengganggu waktu Bapak mengajar." menghela napas lega, jangan terjadi hal memalukan seperti ini lagi. 

*** 

Siang ini ku putuskan untuk mengunjungi Kakek, seperti sudah sangat lama tidak bertemu dengan Beliau. Seharusnya aku menghubungi rumah terlebih dahulu, bisa saja Kakek menyuruhku menunggu di kampus supaya dijemput tapi kurasa hal itu tidak perlu. 

Saat berjalan santai keluar dari kampus tiba-tiba ketika langkahku tepat berada di pintu, Adam memanggil dari belakang, ku pikir dia masih harus mengikuti kelas selanjutnya lantas untuk apa menemuiku. 

"Lia, maafkan sikap Fely yang kurang sopan tadi. Kau pasti merasa sedih karnanya jadi untuk menebusnya bagaimana jika aku antar kau pulang? Ayo, aku antar, aku mau ke apartemen atau ke rumah Kakek?" 

"Ku rasa itu tidak perlu Kak, aku bisa tanpa bantuanmu dan sebelumnya terimakasih atas tumpangannya tadi pagi. Aku sudah memaafkannya jadi tidak perlu minta maaf, toh memang benar bahwa kehadiran ku seperti tidak dianggap but i don't care about this, sampai jumpa." jawabku dengan santai. Tidak ada gunanya untuk membahas hal itu lagi, karna memang bukanlah suatu hal yang penting untuk dibicarakan. Toh memang benar, aku tidak terkenal seperti kedua kakakku dan seperti tidak dianggap. 

Lihat selengkapnya