Senandika

Salsabila Octavia Ismail
Chapter #5

Bab 5

Malam tahun baru 2019

Desember, 23.50

Suasana di puncak di Bandung malam ini sangat indah dengan ditemani oleh orang-orang yang tersayang, gemerlapnya bintang di langit menambah keindahan malam tahun baru yang di mana sekitar sepuluh menit lagi akan berganti tahun. Adanya pergantian tahun aku berharap untuk kedepannya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, dan kini ku percaya dengan kalimat itu bahwa "Kelak Hujan Kan Reda". 

Senyuman mereka lah yang aku cari selama ini, yang dulu tidak pernah aku lihat, dengan begini setiap waktunya merupakan alasan bagiku untuk tetap tersenyum dan tertawa bahagia. Bahkan aku dengan sangat mudah melupakan rasa sakit yang dulu berlabuh di hati hingga bertahun-tahun, namun bukan berarti melupakan setiap prosesnya bagaimana masalah itu hadir. Aku hanya mengingat bagian di mana rasanya berjuang demi kedamaian serta proses menjadikan masalah demi masalah terselesaikan dengan baik. 

Angin malam berhembus sedikit kencang ditambah hawa dingin yang semakin menusuk tiap kulit tubuh hingga membuat kuduk terasa menggigil, padahal kami sudah mengenakan jaket hangat namun tetap saja terasa dingin. Namun untung saja Mama membawa termos air panas sehingga tengah malam seperti ini menikmati minuman hangat juga memandangi seluruh kota dari bukit dapat menambah sensasi luar biasa. 

"Dik, bagaimana rasanya malam ini? Lebih indah dari tahun sebelumnya, bukan? Aku ingat betul saat kau berusia delapan tahun tepat pergantian tahun baru, yang di mana kau menelepon kami bertiga tapi tanpa Mama. Kau sangat sedih dan terus menangis juga menanyakan keberadaan Mama, lalu akhirnya kau merajuk tidak ingin bicara dengan kami selama satu minggu. Tepat satu minggu akhirnya kami berempat mengunjungi mu di Singapura, itu pun Mama terpaksa karna baru beberapa jam sebelumnya tiba di rumah dan ingin istirahat. Namun Mama tidak menolaknya, bukan? Justru Mama lah yang sangat antusias namun berpura-pura menolak ajakan kami, Mama itu terlalu jaim." ucap Kak Mentari yang mencoba untuk mencairkan suasana dengan menceritakan masa lalu. 

"Eh? Iya, aku juga sangat ingat akan itu. Terlalu senang rasanya karna sebentar lagi akan bertemu adik tercinta akhir nya semua mainan yang ku miliki jadi miliknya." timpal Kak Surya yang sependapat dengan Mentari. 

"Mama hanya tidak suka pada anak yang terlalu manja, dan tepat saat itu sebenarnya sedang pusing sekali rasanya. Jadi amarah Mama sangat menggebu hingga pada akhirnya anak Mama yang satu ini terkena omelan dan perkataan jahat yang membuatmu sangat membenci ku hingga bertahun-tahun." sahut Mama. Jika didengar dengan baik, suaranya seperti menahan tangis, sontak aku langsung memeluknya sangat erat seperti tidak ingin terpisahkan kembali. 

Tidak tega rasanya melihat beliau merasa bersalah seperti ini, sejatinya aku sangat menyayanginya hanya saja karna kesalahpahaman serta sikap dingin Mama pada saat itu membuatku berpikir bahwa dia memang seorang ibu yang jahat. Namun setelah berdamai rasanya memang aku yang sangat berlebihan dengan mencari perhatian supaya Mama sedikit saja bertanya akan kabarku langsung padaku bukan melalui perantara. 

Ya, jika diingat kembali sudah jelas aku sangat ingat kejadian itu yang di mana dengan polosnya seorang anak kecil tidak lain itulah aku meminta, merengek, dan terus menangis hanya karna merindukan Mama. Aku hanya tersenyum menimpali kisah kedua Kakakku, mendengar mereka bercerita itu suatu hal yang menyenangkan sebab tiap cerita berganti pasti akan selalu menarik dan mampu membuat semua orang pun ikut tertawa, ya dapat diakui mereka adalah sosok kakak yang baik dan anak penurut. Tidak seperti ku yang lebih banyak bertanya mengapa dan akhirnya jika itu terasa tidak nyaman akan ku abaikan.

Tidak terasa, ternyata tinggal hitungan detik akhirnya sebentar lagi tiba tahun baru yang penuh dengan harapan baru serta kisah kehidupan yang lebih baik pula tentunya. 

Semua orang yang berada di puncak ini, berkumpul bersama telah mempersiapkan sesuatu hal mengejutkan di saat tepat waktu pergantian tahun, yaitu beberapa pertasan yang nantinya akan dinyalakan dan lebih tepatnya hanya orang dewasa saja yang melakukan ini. Masing-masing bersiap dan fokus pada petasan yang dipegang, bersama-dama akan menyalakannya dalam hitungan ke lima. 

"Lima…empat…tiga…dua…satu." 

Lihat selengkapnya