08.27 WIB, Sabtu pagi
Pagi yang cerah menyapa di kediaman Sena Adyanata yang tampak sederhana. Cahaya matahari perlahan pun menyelinap masuk melalui bilik jendela, menambah hangat suasana. Pintu kamar Sena terbuka sedikit, cukup untuk membiarkan udara segar masuk.
Hari ini adalah hari Sabtu, akhir pekan yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan orang. Tapi tidak bagi Sena, karena baginya, setiap hari adalah sama. Dia bukan seorang pekerja kantoran yang menanti weekend untuk beristirahat.
Sena, seorang ibu muda berusia dua puluh lima tahun, memilih jalan hidup yang berbeda. Dia memutuskan untuk sepenuhnya mendedikasikan hidupnya kepada anaknya, Harris—meskipun dia cantik, berpendidikan, dan memiliki karir yang gemilang sebelumnya.
Keputusannya untuk meninggalkan karir sering menimbulkan pertanyaan di antara teman-temannya.
"Kenapa harus resign? Karir lo kan lagi naik-naiknya?"
Namun bagi Sena, jawabannya jelas: anak. Bagi Sena, anak adalah segalanya. Di masa-masa pertumbuhan emas anaknya, dia merasa tak ada yang lebih penting selain kehadirannya sebagai ibu.
"Minimalnya, anak harus sama gue di masa golden age dia," ingatnya tentang diskusi bersama teman-temannya dulu.
Pagi itu, Harris yang masih berusia tiga tahun dan suaminya, Ferry, masih terlelap di sisi lain tempat tidur. Hanya Sena yang sudah terjaga. Namun, meskipun sudah bangun, pikirannya masih melayang entah ke mana, dan sibuk menelusuri sosial media di ponselnya. Sena menggulir layar dengan serius, membaca dan menonton berita yang membuatnya tertegun.
Berita besar tentang P. Diddy sedang menjadi trending topik di berbagai platform. Penyanyi dan pengusaha terkenal itu baru saja tersandung skandal besar.
FBI berhasil menggerebek kediaman P. Diddy!
Demikian bunyi salah satu artikel yang menarik perhatiannya. Sena membaca lebih lanjut, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.
Rapper yang dulu dipujanya ketika masih muda, kini terlibat dalam kasus kriminal yang mengejutkan. Berbagai tuduhan muncul—mulai dari pencucian uang, perdagangan manusia, hingga eksploitasi seksual. Sosok P. Diddy yang dulunya dihormati banyak orang kini terjerat dalam jaring hukum yang rumit. Sena dibuat bungkam, hingga tubuhnya pun ikut merinding. Sulit membayangkan, bahwa seseorang yang begitu terkenal dan berpengaruh bisa terseret dalam hal seperti itu.
Sekte sesat, katanya.
Sena mengingat bagaimana dulu dia mengikuti karir Justin Bieber, yang kabarnya juga sempat menjadi korban dari eksploitasi dan pengaruh gelap P. Diddy di masa mudanya.
"Apa benar yaa semua ini terjadi?" pikir Sena dalam hati.
Dia terdiam sejenak, membayangkan perjalanan karir bintang pop itu, dari anak muda berbakat hingga saat ini.
Dunia hiburan memang penuh dengan sisi gelap yang tak terduga.
—^^^—
Hampir satu jam telah berlalu.
Waktu terus berjalan tanpa terasa. Sena masih asyik dengan ponselnya, sibuk membaca berbagai artikel dan spekulasi tentang kasus tersebut. Saat dia semakin terbenam dalam berita, tiba-tiba aroma yang aneh menyusup ke dalam kamar.
Dia mendadak tersadar, mencium bau yang tidak mengenakkan.
Bau apa ini yaa? gumamnya sambil mengendus-endus udara di sekelilingnya.
Asap tipis pun mulai terlihat merembes masuk dari luar, menyelimuti udara pagi yang sebelumnya segar. Namun, kepekaan Sena seringkali tak sebanding dengan kecerdasannya. Dia mengabaikan hal itu, kembali menatap ponselnya dan melanjutkan membaca tentang P. Diddy dan Justin Bieber. Bayangannya terhanyut lagi ke masa lalu—membayangkan bagaimana kehidupan glamor yang tampak sempurna di layar, ternyata menyembunyikan banyak luka dan penderitaan.
Tanpa sadar, napas Sena mulai memburu. Rasa sesak menjalar di dadanya, menciptakan ketegangan yang sulit dijelaskan.
Sakit, sih...! gumamnya pelan, suara yang hampir tenggelam dalam keheningan. Bukan sekadar karena simpati kepada Bieber, tapi karena di suatu masa, Sena pernah berada di posisi yang sedikit mirip.
Namun, ia segera mengenyahkan pikiran itu. Terlalu sakit untuk diingat. Terlalu dalam untuk dibicarakan, bahkan kepada dirinya sendiri. Bayangan masa lalunya masih samar-samar, seperti potongan-potongan puzzle yang belum tersusun sepenuhnya. Ada bagian dari dirinya yang tak pernah sembuh dari luka tersebut, dan mungkin, tak akan pernah.