SENANDIKA

Atika Winata
Chapter #6

BAB 6 - Pro Kontra

MERASA tidak bisa mengubah keras kepalanya Sena, Andin memilih untuk mengalihkan pembicaraan. "Terus, kalau ada anteran barang nih, kenapa Ferry nolak?" tanyanya, nada suaranya terdengar seperti tudingan yang ditujukan penuh pada Sena.

Sena mengerutkan keningnya, tidak langsung memahami maksud Andin.

"Lo tuh sebenarnya mau kerja di mana sih, Fer?" Roni ikut menimpali, kali ini menatap Ferry dengan sorot mata menuntut.

"Gua udah bantu masukin lo ke kantor temen gua, tapi katanya lo nggak ada jawaban sama sekali."

Di satu sisi, Sena tidak bisa mengatakan kalau ia menyukai perlakuan Roni—bukan dalam arti perasaan, tentu saja. Namun, ada kelegaan setiap kali lelaki itu berbicara, seolah menghentikan semua pihak yang terus memojokkannya. Jelas, dibanding Ferry, Roni lebih disegani di keluarga suaminya itu. Apalagi Ferry sendiri tidak memiliki banyak hal yang bisa dibanggakan atau sekadar diandalkan dari keluarganya, terutama soal uang.


Ferry tampak resah. Ada banyak hal yang ingin ia sampaikan, tapi entah kenapa, ia memilih bungkam. Sena yang menyadari itu akhirnya turun tangan. "Dia merasa nggak cocok di bidang itu," katanya, berusaha menjelaskan tanpa memperburuk situasi.

"Lagipula, tanggal interview-nya udah kelewat. Dia telat buka email karena nggak ada notifikasi waktu itu."

"Terus, cocoknya di mana?" Andin mendengus tak sabar. "Gue kan sering nyuruh dia anter barang. Harusnya lo dukung sebagai istri!"

Sena menghela napas, berusaha menahan kekesalannya. "Saya dukung terus kok apa pun yang dia lakuin, selama itu buat kebaikan," balasnya, mencoba tetap tenang.

"Ya itu, kenapa kalo gue suruh anter barang, dia nggak mau?" Andin tetap bersikeras. "Katanya harus jagain Haris. Emang lo kemana?"

Sena nyaris membuka mulutnya ketika suara lain menyusul, lebih tajam.

"Lo suka ngeluh capek," Yuli menyela dengan nada sinis. "Padahal kerjaan lo apaan sih? Masak kagak, beres-beres juga nggak. Paling cuma ngurusin anak doang, kan?"

Dibanding Sena, Yuli memang jauh lebih keras dalam bekerja. Ia memiliki lima anak yang harus dihidupi, sementara suaminya hanya bekerja sebagai pengemudi ojek online. Tak ada pilihan lain selain banting tulang sejak pagi buta hingga larut malam untuk berdagang. Dan sekarang, dari cara Yuli berbicara, jelas ia melihat Sena sebagai seseorang yang lebih beruntung, seseorang yang menurutnya tidak berhak merasa kelelahan.

"Saya nggak pernah ngelarang gitu!" tegas Sena, suaranya terdengar sedikit naik. Ia menatap Ferry, mencari kejelasan di wajah suaminya.

"Ya lo nggak ngerasa aja. Tapi bukti faktanya masih hidup tuh," balas Andin, nada suaranya penuh sindiran.

Lihat selengkapnya