Si Cokelat yang jadi pemenang. Dan pemenang berhak atas rumah baru.
Dari balik jeruji boks, Cokelat menyawang sebuah rumah dengan fasad putih dan minimalis. Kaca depan yang memanjang di tengah dinding putih. Di depan jendela itu, terletak sepetak taman. Penghuni utamanya merupakan sebuah pohon kelengkeng bertajuk rimbun yang penuh bunga. Ada pula pot-pot anggrek berjajar di bawah jendela.
Ia dibawa melewati pintu kayu kecokelatan yang masih mengilap. Aroma ganjil menyelinap dari luar boks. Belum pernah Cokelat mencium yang seperti ini. Hari-harinya sebagian besar dipenuh pesing kencing dan aroma sayuran basah.
Ia yang sejak tadi meringkuk mulai mengangkat kepala. Sungguh asing. Begitu berbeda dengan tempat yang ditinggalinya dulu bersama ayah, ibu, dan saudara-saudaranya. Di antara mereka, ada yang gembira si Cokelat jadi yang terpilih. Ada pula yang iri dan berusaha menakut-nakuti kalau di tempat baru ia tidak akan diperlakukan sebaik di kandang.