Senandung Angin

rudy
Chapter #27

Bab 26 Senandung Angin

 

Dia dapat merasakan kesunyian saat intro mendekati pembukaan suara. Kesunyian yang tercipta olehnya sendiri, ketika dia menutup mata dan menyatu ke dalam pikirannya.

 

Di luar pikirannya, gedung itu masih berdengung oleh bisikan ribuan orang yang memperkirakan bahwa remaja mungil ini pasti sudah hancur mental dan emosinya oleh serangan dahsyat dari seorang juri.

 

Juri yang bersangkutan masih berdebat dengan rekan- rekannya yang merasa bahwa dia terlalu sadis. Wajah kerasnya menunjukkan bahwa dia tersinggung melihat ada peserta yang tidak mengenakan pakaian yang sesuai standarnya saat tampil. Dia duduk merosot di bangku, kedua tangannya diangkat menopang kepala. Bola matanya berputar ke atas seolah tidak sabar untuk segera menekan tombol klakson.

 

Andai dia adalah pemilik perusahaan, mungkin dia akan menuntut orang yang datang melamar kerja sebagai cleaning service untuk mengenakan jas dengan standar direktur saat interview.

 

Namun, Keira tidak melihat semua itu. Dia menutup mata dan mendengarkan intro yang telah mendekati akhir.

 

Each day I live, I want to be

A day to give, The best of me

I’m only one, but not alone

My finest day, is yet unknown

 

Sekali ini seluruh isi gedung itu benar- benar terdiam. Gadis mungil yang harga dirinya barusan dibanting dan ditusuk dengan kata- kata tajam itu mulai memberikan jawaban.

 

Angin sejuk yang berhembus dari pendingin ruangan seolah ditunggangi oleh suara jernih yang memenuhi seluruh ruang. Sebening kaca, sejernih air pegunungan, namun mengikat jiwa sekuat dan selembut tali sutra.

 

Dalam sekejap mata alunan suara itu mencabut seluruh jiwa yang mendengarkan, dan menerbangkannya bersama dengan semilir angin sejuk yang dihembuskan oleh puluhan pendingin ruangan.

 

Seluruh tubuh tegak mendengarkan, seluruh mulut diam membisu. Seluruh mata terbelalak memandang ke panggung, seluruh napas tertahan di perut. Suara indah itu merambat ke seluruh ruang, mengalir di lantai, menjalar ke kursi, dan meresap ke tulang belulang. Membungkus hati seperti balutan selimut bulu angsa yang menghangatkan, dan menenggelamkan sukma seperti badai lautan arak yang memabukkan.

 

Ribuan orang di dalam ruangan itu membeku dan terpukau, melihat si maling kecil pencuri perhatian berdiri di atas panggung.

 

Keira menutup mata dan bergoyang pelan mengikuti alunan lagu yang dinyanyikan. Seluruh partikel dan atom seperti ikut bernyanyi, bahkan tiupan angin seperti membawa senandung. Bergetar dan menjalar seperti aliran listrik, mengisi seluruh ruang seperti cahaya yang mengisi kegelapan.

 

Lihat selengkapnya