Senandung Cinta di Tanah Terjajah

Qurrati Aini
Chapter #3

3. Kabarnya Telah Tersiar

Berita penolakan Kyai Ahmad atas lamaran Tuan Ibrahim segera tersebar ke seantero Desa Kyati. Peristiwa pagi itu membuat penduduk heboh, tak terkecuali ibu-ibu yang tengah sibuk berbelanja di pasar.


"Sudah dengar kabar yang menggemparkan ini?" tanya seorang wanita paruh baya dengan sorot mata penuh semangat.


"Iya, dengar! Tuan Ibrahim datang ke rumah Kyai Ahmad membawa lima ekor kuda dan sekotak penuh perhiasan emas!" balas seorang lainnya, tak kalah berapi-api.


"Ya Allah gusti! Kalau saja putriku yang dilamar dengan harta sebanyak itu, tentu tak perlu pikir panjang. Akan langsung aku terima!" seru seorang ibu dengan ekspresi menghayal.


"Hm... tapi tetap saja kasihan, ya. Akhirnya beliau ditolak juga."


"Duh, Tuan Ibrahim saja ditolak, apalagi putraku yang cuma punya sepetak sawah!" celetuk ibu yang lain sambil geleng-geleng.


"Ya, pikirkanlah, siapa yang menolak lamaran itu? Kyai Ahmad, tentu! Ning Nafisah kan kembang desa, kaya, dan dari keluarga terhormat. Sudah pasti tak sembarang orang bisa diterima!"


Di depan lapak ikan milik Yahya, mereka berceloteh tanpa henti sambil memilah-milih ikan yang hendak dibeli. Di penjuru pasar, semua orang tampak sibuk membahas hal yang sama.


Di tengah obrolan itu, Yahya, yang sejak tadi melayani pembeli, diam-diam merasa hatinya berdegup kencang. Jika Ibrahim ditolak, berarti dirinya masih punya harapan, bukan? pikirnya.


Namun, khayalannya buyar ketika salah satu wanita tiba-tiba berkata, "Ingat, Ning Nafisah kan kembang desa, kaya, dan dari keluarga terhormat. Sudah pasti tak sembarang orang bisa diterima!."

Lihat selengkapnya