Senandung-senandung cinta

Zainur Rifky
Chapter #4

Pertemuan.

Bahtiar sendiri meminta Fina untuk beristirahat. Dia tau jika hari ini menjadi salah satu hari yang melelahkan bagi putrinya. Fina sendiri tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada abinya saat masih muda. Memang, tak banyak orang yang tau apa yang sebenarnya terjadi pada mendiang Hanum dan siapa yang telah tega merenggut kesucian gadis yang masih berusia sangat belia.

Mereka yang mengetahui kejadian yang sebenarnya sama sekali tak berani untuk menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi karena pelakunya adalah orang yang begitu terpandang di wilayah itu. Mereka akan mendapat konsekuensi jika sampai mereka berani mengatakan kejadian yang sebenarnya ketika kerusuhan tahun itu.

“Mas, ada apa lagi?” Farhana yang mengetahui kesedihan dan ada tingkah yang aneh dari sang suami langsung mendekati dan berusaha menenangkannya. Bahtiar selalu dihantui apa yang terjadi di masa lalunya. Tudingan yang sebenarnya tak pernah dia perbuat harus dia tanggung.

“Tentang Hanum.”

“Hanum sudah meninggal lama. Kau masih ada perasaan dengan almarhumah?”

“Farhana, kumohon dengarkan ceritaku terlebih dahulu! Saat ini tidak seperti apa yang kau pikirkan.”

“Aku siap mendengar ceritamu. Apa yang ingin kau ceritalkan?” Bahtiar sendiri mengambil jeda. Farhana tau jika cerita itu ada sangkutannya dengan Hanum, pasti ada rasa bersalah pada diri sang suami.

“Gak kerasa sudah sekitar dua dekade kita menikah. Fina sekarang sudah menjadi gadis. Dia sudah mengenal cinta.” Bahtiar sendiri meneteskan air mata dan mengambil jeda beberapa menit untuk menenangkan diri. Farhana merasakan betapa besar tekanan yang dialami sang suami.

“Mas, apa cinta yang dirasakan anak kita ada hubungannya dengan mendiang Hanum?” Bahtiar sendiri mengiyakan pertanyaan itu.

“Farhana, aku sebenarnya curiga jika lelaki yang berhasil memenangkan hati Fina adalah anak yang lahir dari rahim Hanum. Entah apa yang akan dikatakan banyak orang jika mereka sampai menikah.”

“Mas, aku mengerti ketakutanmu. Tapi, buat yapa kau takut? Kau tidak bersalah kan terkait masalah ini?”

“Tapi keluarga dari mendiang masih menganggap kalo aku adalah orang yang paling bersalah atas apa yang terjadi pada Hanum. Aku tak ingin melukai keluarga dari Hanum lagi.”

“Mas, tapi bukankah anak yang namanya Andi itu banyak? Kita tidak pernah tau Andi yang mana.”

“Farhana, Fina tadi bicara seperti itu dan aku rasa jika lelaki yang dia cintai mengarah ke anak itu.”

Farhana sendiri terus menenangkan hati Bahtiar dan meminta agar mereka bisa sholat terlebih dahulu. Dalam doa, ingin sekali Bahtiar diberikan kesempatan untuk meminta maaf pada keluarga Hanum, terutama anak yang terlahir tanpa tau siapa sesungguhnya sang ayah darinya.

***

“Andi, bisa abi bicara sebentar, Nak?” Andika sendiri pagi itu yang melihat sang putra begitu semangat menyambut hari ini hanya bisa tersenyum. Dia menantikan apa yang ingin Andika sampaikan pagi ini.

“Abi, ada apa?”

“Terkait cinta kamu Nak. Abi rasa sudah saatnya kau untuk menikah.” Andi sendiri tersenyum lebar dan langsung memeluk Andika dan tampak hari ini begitu berbunga-bunga. Dia ingin segera bisa mengenalkan siapa yang dia cintai selama beberapa hari ini pada orang yang selama ini sudah merawatnya dengan ikhlas.

“Abi. Aku senang kalau Abi mau memberikan restu.”

Lihat selengkapnya