Fina hari ini pulang dan langsung mengurung diri. Farhana yang baru saja menemani sang suami terheran dengan apa yang terjadi. Kenapa semua tiba-tiba seperti ini? Apa yang terjadi?
Farhana hanya bisa terdiam dan membiarkan kedua orang itu menenangkan diri. Jika saatnya mereka siap untuk cerita, dia yakin mereka akan cerita dengan sendirinya. Dalam hati, Farhana yakin jika masalah yang kali ini mereka hadapi bukanlah masalah yang sederhana.
‘Ya Allah, bantu mereka untuk menghadapi masalah ini.’ Tetes air mata Farhana akhirnya jatuh. Dia sama sekali tak tega jika orang yang dia sayangi mengalami nasib buruk.
***
“Abi, apa yang sebenarnya terjadi pada mendiang ummi? Apa benar pak Bahtiar yang melakukan itu?” Andika sendiri terdiam dan tak bisa menjawab. Andi sendiri terus meminta jawaban dari kedua orang tyang sedang berhadapan dengannya.
“Abi, Ummi. Kenapa Njenengan* diam? Kenapa Ummi?” Terdengar suara Andi yang mulai bergetar. Tetes air mata akhirnya keluar. Laila sendiri ingin mengatakan yang sebenarnya, tetapi Andika mencegah. Dia ingin jika Andi mendengar semuanya langsung dari dirinya.
22 tahun yang lalu.
Seorang perempuan yang berparas cantik sedang menuju tempat tinggalnya. Memang bukan tempat tinggal, lebih tepatnya rumah kost. Saat itu, kondisi memang tidak begitu aman. Aksi demo dan penjarahan terjadi di seluruh penjuru wilayah kota. Mereka sendiri akhirnya tertahan di tempat mereka. Rasa takut hinggap. Ditambah ada aksi pelecehan yang menyerang perempuan, terutama mereka yang beretnis tionghoa.
“Hanum, aku harus segera pulang. Aku takut jika sampai terjadi hal yang tidak aku inginkan.” Sakura langsung memaksa. Hanum sendiri ingin menahannya. Dia tak yakin jika mereka akan selamat jika memaksakan diri saat itu.
“Sakura, tunggu kak Andika terlebih dahulu! Suasana kota sedang tidak aman. Dia berjanji akan menjemput. Sebentar saja!”
Tanpa berpikir panjang, Sakura langsung berlari. Hanum sendiri langsung mengejar dan tak mau jika sampai temannya kenapa-napa.
Andika sendiri yang baru sampai tak menemukan sang adik. Dia mencoba untuk bertanya pada orang yang ada di sekitar tempat itu. Dia begitu panik dan tak bisa mengontrol diri.
“Oh, maksud Mas ini mbak-mbak yang kulitnya putih dan matanya sipit kah? Tadi saya lihat ada di tempat ini sama temannya. Tapi gak tau tuh Mas mereka kemana.” Salah seorang menjawab dengan apa yang mereka ketahui.
“Apa tidak ada yang melihat mereka berjalan ke arah mana begitu?”
“Tadi sih saya lihat ke arah terminal. Wanita yang Mas maksud kayaknya lagi ngejar temannya.” Andika sendiri langsung tancap gas dan menuju arah terminal. Dia tampak bingung dengan kenberadaan sang adik.
Hanum sendiri sebenarnya sudah ditangkap oleh beberapa orang lelaki. Dia berniat menyelamatkan temannya yang tidak lain adalah Sakura dari niat kotor para penjarah. Hanum sendiri akhirnya dibawa ke sebuah rumah kosong dan mendapatkan perlakuan yang tak seharusnya dialami oleh perempuan manapun.
Teriakan Hanum menggema dan sampai ke telinga Andika. Saat lelaki itu sampai ke tempat itu, tersisa Bahtiar dan Hanum yang kondisi pakaiannya telah tercabik. Andika yang sudah tersulut emosi langsung menhghajar lelaki itu.
“Mas, tolong dengarkan aku dulu! Aku tudak pernah melakukan demikian pada adikmu.”
“Kau masih mengelak dengan semua bukti yang ada? Dasar lelaki gak tau malu.” Pukulan demi pukulan terus Bahtiar terima. Pukulan tersebut terhenti setelah Sakura dan kakaknya datang. Dia tak mau jika Bahtiar mendapat hal yang seperti itu.
***