“Matur Nuwun*, Bibi.” Tak terasa air mata perempuan itu menetes. Dia mengerti apa yang dirasakan Sakura saat itu. Ancaman demi ancaman terus dia terima dan membuat dia sempat mendapat perawatan di tempat rehabilitasi mental.
“Andi, bibi tau kalau ini berat buat kamu. Tapi satu hal yang aku yakin, kau bisa membawa keadilan untuk mendiang Hanum. Insya Allah Andi bisa. Kita akan sama-sama cari Sakura.” Andi sendiri hanya mengiyakan dan meminta izin untuk pulang.
“Mau aku antar?”
“Tidak perlu. Terima kasih.” Andi langsung pergi. Fawwaz sendiri terdiam dengan apa yang terjadi pada Andi. Arimbi yang tau apa yang sedang kakaknya cemaskan langsung mendekat dan mengajaknya berbicara.
“Fina sempat cerita tentang semua ini. Dia sendiri merasakan apa yang kali ini Andi rasakan.”
“Mereka sama-sama mencintai berarti?”
“Kak Fawwaz, paman Andika sempat ingin melamar Fina untuk Andi. Tapi, kejadiannya malah seperti ini. Fina sendiri sekarang sedang terpukul dengan hal ini. Dia masih belum percaya jika abinya melakukan hal seperti itu.” Fawwaz sendiri mengerti dengan apa yang terjadi dengan mererka berdua.
“Arimbi, kakak bisa minta tolong?”
“Apa yang bisa aku bantu?”
“Fina. Tolong temani Fina dan kuatkan dia. Kau pasti mengerti apa yang mereka berdua alami. Kurasa, mereka berdua juga merasakan sakit hati yang sama.” Arimbi hanya mengiyakan. Tanpa diminta, dia akan selalu ada untuk Fina dan memberikan dukungan untuk kawannya.
“Kak, mungkin kita juga bisa hubungi Fajar dan teman-temannya yang lain. Aku rasa keberadaan mereka akan lebih membantu. Aku tau akrabnya Fina dengan lingkaran pertemanannya.” Fawwaz sendiri akhirnya ingat tentang akrabnya Fina dengan lingkaran itu. Fajar, Sukma, Amin dan beberapa temannya yang dia tidak hafal namanya.
***
“Fajar.”
“Kak Fawwaz. Arimbi.” Fajar yang menemui mereka tengah berada di hadapannya bingung. Apa yang ingin mereka bicarakan? Apakah ada sesuatu yang begitu penting?
“Fajar, jangan melamun! Kami hanya ingin bertamu saja. Tak ada maksud untuk hal yang lain.” Arimbi yang melihat tegangnya sorot mata Fajar berusaha membuat suasana lebih cair. Arimbi telah lama dekat dengan Fajar. Jadi walaupun dia bercadar, Arimbi tidak kesulitan untuk menangkap ekspresi wajah dari tatapan matanya.
“Maaf. Silahkan duduk! Ada perlu apa?” Fawwaz dan Arimbi bertatapan sejenak. Arimbi meminta Fawwaz yang mengatakan langsung pada Fajar terkait masalah antara Fina dengan Andi.
“Fajar. Masih dekat dengan Fina?”
“Tentu. Kami masih bersahabat dan silaturahmi masih terjaga baik.” Fawwaz sendiri mengambil jeda beberapa saat sebelum akhirnya dia mau tidak mau bercerita terkait apa yang sedang Fina hadapi terkait cintanya.
Fajar yang mendengar semua itu tertegun. Dia tak pernah mendengar cerita dari Fina jika apa yang sedang dia hadapi begitu berat. Dia mengerti jika beberapa hari terakhir Fina seringkali terlihat melamun. Tadi siang setelah Fina bertemu Arimbi, dia sepertinya tengah bersedih. Tapi Fajar tak ingin mengulik lebih jauh karena dia yakin jika Fina akan bercerita terkait apa yang sebenarnya dia hadapi.