Banyak cacian yang mereka terima sepanjang jalan. Mereka banyak mengata-ngatai Bahtiar dan sang putri. Fina yang mendengar hal itu merasa sakit dan ingin membantah apa yang mereka katakan. Bahtiar tak ingin putrinya memiliki masalah dengan para warga hanya bisa mencegahnya.
“Abi, mereka sudah menghina kita. Mereka sama sekali tak berhak mencampuri urusan kita. Apapun yang pernah Abi lakukan tak pantas mereka menghakimi sendiri.”
“Fina, kita tak bisa berbuat apapun. Semua bukti itu mengarah padaku.”
“Tapi bukti yang ada sama sekali tak kuat. Arimbi sudah cerita semua padaku.”
“Fina, tidak ada gunanya kita melawan. Kita tak punya bukti yang kuat kalau Abi kamu ini tidak bersalah.” Fina hanya bisa menangis. Entah apa yang ingin diinginkan oleh penyebar kabar itu? Apa mereka tak memikirkan dampak buruk untuk kedepannya?
***
Esok harinya.
“Fina, kau tak apa?” Fajar yang kemarin mendengar cerita dari Fawwaz dan Arimbi langsung mendekati Fina dan meminta dia untuk jujur terkait apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang selama ini dia hadapi. Dia tak pernah mengerti kenapa Fina menyimpan semua masalah ini sendirian?
Fina sendiri hanya bisa menangis. Dia selama ini menyimpan semuanya sendiri. Masalah yang saat ini tengah dia hadapi membuat Fina menjadi pribadi yang tertutup. Berbeda dengan Fina yang Fajar kenal sebelumnya.
“Fina, tolong cerita! Kau tak bisa menyimpan semua ini sendirian. Kulihat kondisimu sudah jauh dari yang dulu. Kau tidak seperti Fina yang aku kenal.” Apa yang baru Fajar katakan membuat Fina semakin tenggelam dalam tangisan. Entah apa yang harus dia perbuat untuk membalas kebaikan temannya yang selalu hadir saat dia tengah dirundung kesulitan.
“Fajar.” Fina sendiri masih menangis. Fajar hanya bisa membiarkan Fina tenggelam dan menuntaskan semua emosi yang membanjiri hatinya.
“Fina. Kau tak bisa seperti ini terus-menerus. Kalau kau tak cerita apa yang tengah kau hadapi, bagaimana aku akan membantumu.” Fina menggeleng. Dia takut jika permasalahan ini merupakan aib dan terlalu privasi bagi dirinya dan kedua orang tuanya.
“Fajar. Aku tak ingin mengumbar aib.”
“Fina, Kak Fawwaz dan Arimbi kemarin sore datang ke rumah. Mereka cerita semuanya. Aku tau apa yang terjadi antara kau dan Andi. Aku tau apa yang tersebar di masyarakat terkait orang tua kalian.” Fina hanya menggeleng. Dia masih belum bisa terima terkait semua penghinaan yang dia terima.
“Fajar. Aku tak mau mengumbar semuanya.”
“Fina, siapa yang mau mengumbar? Kau bukan sedang mengumbar aib. Apa yang diceritakan oleh Arimbi dan kak Fawwaz sama sekali tidak ada aib.”
“Fajar, tapi itu memalukan buat aku.”
“Fina, dengarkan aku dulu! Apa yang kau alami bukan sebuah aib. Aku sudah tau semua dari orang tua mereka. Nyai Rofi juga menguatkan itu. Aku yakin kalau abi Bahtiar sama sekali gak bersalah.” Fina akhirnya kembali terdiam dan menangis. Dia jengkel dengan siapapun yang melemparkan kesalahan itu pada abinya.
“Fajar, kenapa semua ini terjadi? Kenapa abi yang sama sekali tak bersalah harus menanggung apa yang dilakukan oleh orang lain.” Fina terisak dan akhirnya kembali tenggelam dalam tangis. Fajar sendiri tak bisa berbuat banyak.
Saat yang sama.