Senandung-senandung cinta

Zainur Rifky
Chapter #8

Membujuk Bahtiar

Fawwaz sendiri hari ini banyak bercerita terkait apa yang dia lakukan saat Andi datang ke rumahnya. Apa yang Andi katakan semuanya di pemakaman memang benar dia mendengar langsung dari ummi-nya.

“Jadi, Bahtiar tidak melakukannya?”

“Menurut ummi memang enggak. Abi Bahtiar saat itu berniat menolong tante Hanum yang kondisinya sudah seperti itu.” Laila terdiam dengan apa yang Fawwaz ceritakan. Apa yang harus dia lakukan? Sang suami sudah begitu percaya jika yang harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Hanum adalah Bahtiar.

“Banyak orang yang mengatakan kalo Bahtiar yang harus bertanggung jawab. Ditambah, semua bukti sampai saat ini masih mengarah padanya.” Laila menjeda sesaat. Bagaimanapun caranya, Sakura harus segera ditemukan. Dia yang menjadi saksi dan bisa membongkar apa yang terjadi pada mendiang iparnya.

“Bantu aku untuk menemukan Sakura. Bagaimanapun caranya, dia harus ketemu. Aku gak mungkin membiarkan semua ini menjadi misteri. Apa yang akan anakku rasakan jika dia tidak mengetahui titik terang terkait apa yang terjadi pada ibu kandungnya? Pasti mentalnya hancur. Aku gak mau hal itu terjadi. Fawwaz, kumohon bantu aku!” Emosi Laila tampak tak bisa dibendung. Andi memang bukan anak kandungnya. Tapi, kedekatan mereka selama ini membuat Laila begitu menyayanginya layaknya putra yang dia lahirkan. Dia juga tak mau jika orang yang selama ini tidak berdalah harus dituduh dan mendapatkan fitnah dari orang lain.

“Istighfar Bibi!”

“Aku tidak bisa tenang kalau iparku belum dapat keadilan. Ini bukan hanhya terkait cinta dari anakku. Ini keadilan untuk adik juga anaknya. mereka harus dapaty keadilan.”

“Iya Bibi. Insya Allah. Aku akan berusaha untuk mencari tau apa yanbg terjadi. Insya Allah wanita yang bernama Sakura juga akan kami temukan.” Laila sendiri akhirnya diam setekabh mendengar apa yang Fawwaz katakan.

Laila sendiri menangis dan menatap foto ipar dan sang putra. Ketampanan Andi menitis dari sang ibu. Setiap melihat Andi, dia juga mengingat bagaimana sayangnya sang suami pada adik perempuan satu-satunya itu. Itu sebabnya, dia menyayangi Andi dengan begitu tulus, di samping dirinya juga tak memiliki anak.

“Hanum tidak seharusnya mendapatkan hal sekeji itu. Andi tidak seharusnya terlahir dari kejaian yang begitu nista.” Fawwaz hanya bisa menenangkan Laila yang menangis dan memegang foto. Fawwaz kali ini bingung, kemana dia harus mencari keberadaan Sakura?

“Laila, kau tak apa-apa?” Yanti yang melihat kawannya menangis di samping sang putra tak bisa tinggal diam. Dia langsung menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

“Ummi, di mana aku harus mencari perempuan yang bernama Sakura?” Yanti terdiam beberapa saat. Pertanyaan yang dia tak bisa jawab dengan pasti.

“Fawwaz, ummi minta maaf. Untuk pertanyaanmu aku tidak bisa menjawab. Tapi, coba tanyakan ke alamat ini!” Yanti memberikan alamat pada anaknya. Sebuah desa pelosok. Tempat yang beberapa waktu lagi akan mereka kunjungi.

“Kapan kau ke tempat itu Nak?”

“Secepatnya Ummi.”

“Ummi dengar kau akan melakukan pengabdian di tempat itu. Itu juga jadi kesempatan bagi dirimu juga Andi untuk bisa menemukan di mana posisi perempuan itu. Fawwaz, ummi harap kau bgisa segera menemukan wanita itu. Dia saksi kunci dari apa yang dialami Hanum.” Fawwaz hanya bisa mengiyakan.

Lihat selengkapnya