Senandung Talijiwo

Bentang Pustaka
Chapter #3

Move On! Surya Telah Tenggelam: S-1, Cuk

Gedung yang elok. Halamannya penuh bebungaan hingga mirip Taman Sriwedari yang kondang kaonang-onang itu. Ada dahlia, aster, cempaka, asoka, dan banyak lagi yang lainnya. Dinding-dindingnya pun penuh lukisan bermutu. Lukisan tentang Joko Tarub dan Dewi Nawang Wulan di ruang tunggu termasuk di antaranya.

“Kamu tahu Joko Tarub, kan?” tanya ibu-ibu ke pemuda sebelahnya.

“Tahu dong, Ma. Itu, kan, pembangun Kerajaan Pajang,” jawab si pemuda.

“Kalau yang di lukisan ini namanya Joko Tingkir, Ma. Lihat, Ma, Joko Tingkir sedang mengendap-endap mencuri pakaian bidadari yang sedang mandi.”

Ibu-ibu tadi manthuk-manthuk. Tak disanggahnya si pemuda betapa dia ketukar-tukar. Yang nilep pakaian bidadari di Telaga Widodaren, Ngawi, itu justru Joko Tarub. Nah, pembangun Kerajaan Pajang itu Joko Tingkir.

Si pemuda lalu pergi ke toilet. Lama. Sastro yang juga sedang berada di ruang tunggu iseng bertanya ke ibu-ibu tadi, “Maaf, nama saya Sastro .... Kok ibu tadi setuja-setuju saja soal Joko? Anak itu, kan, kebalik-balik?”

“Aduh, begini, Paaak .... Pak Sastro, ya? Iya, Pak Sastro! Kenapa tadi saya diam saja ke anak saya yang kacau balau soal Joko Tingkir dan Joko Tarub? Karena anak saya ini tipe bingungan. Maka datanglah saya ke bangunan elok ini. Konsultasi psikologi.”

“Hmmm .... Tipe bingungan, Bu?”

“Betul, Pak Sastro. Minggu lalu dia ngomong ke bapaknya, ‘Pak, aku sudah lulus S-1 kemarin.’ Bapaknya bilang, ‘Wah, bagus. Terus?’ Anak saya bilang, ‘Terus sekarang aku mesti ngapain?’ Bapaknya plegak-pleguk nggak bisa jawab.”

“Heuheuheu .... Tenang, Bu. Mungkin generasi Zaman Now memang begitu. Mereka sangat mudah tak peduli. Ibu tak usah merasa gagal mendidik anak-anak. Tenang.”

Lihat selengkapnya