Ini makan malam yang tenang seperti hari-hari biasanya. Kali ini bunda sengaja memasak kepiting asam manis, khusus untukku. ayah sudah menyelesaikan makannya sejak 5 menit yang lalu dan aku masih berkutat dengan cangkang kepiting.
“Seneng banget Dek makannya.” Kata ayah yang daritadi memperhatikanku.
“Bilang makasih loh sama ayah, sengaja jauh-jauh beli kepiting buat kamu.” Kali ini ibu yang berbicara, sambil duduk di sebelah ayah membawa beberapa apel.
“Makasih ayahnya Frey yang ganteng dan baik hati.” Aku tersenyum lebar dan unjuk gigi, mereka mengerti kesenanganku.
Ayah tersenyum puas, “Gimana sekolahmu, Frey?” topik ini lagi, Ayah selalu menanyakannya setiap akhir pekan.
Aku memutar bola mata, “Ayah gak bosen apa nanya sekolah Freya terus, Freya aja bosen buat ceritanya. Kan sama aja.”
“Eh tapi yah, tadi anak ayah dianter sama laki-laki loh! Naik sepeda berdua lagi.” Ibu langsung bergabung lagi dengan obrolan ayah-anak. “Mana cakep banget yah, ayah aja kalah.”
“Loh siapa Bun? Andares?”
“IIH bunda apaan siih, mana ada lebih cakep dari ayah. Ayah orang paling tampan sebumi loh!” Aku mengambil daging yang bersembunyi di sela-sela cangkang kepiting, “bukan Ares yah, namanya Nata. Dia maksa nganterin Frey yaudah iyain aja.”
Bunda menepuk tanganku, “Udah itu udah abis dagingnya, sana ambil lagi aja kepitingnya di panci. Masih banyak cuma kamu doang ini yang ngabisin.”
“Hehe oke siap.” Aku membawa mangkuk besar dan kembali mengambil 2 ekor kepiting dan kembali ke meja makan. Tapi sepertinya aku tertinggal obrolan bunda dan ayah,
“-mana baik lagi orangnya.” Ucap bunda, ya sepertinya masih membicarakan laki-laki mata bulan sabit itu.
Aku mencibir, “tau darimana bun, bunda aja baru ketemu sehari.”
“Keliatan tau, lagian orang yang mau temenan sama kamu berarti orangnya baik banget. Sabar lagi, kalau engga mana mau ngadepin kamu yang dinginnya kaya es gitu di sekolah.” Mana ada baik, Nata aja udah ambil 5 ipod sama 15 earpod Frey.
“hahaha kalian ini, udah ributnya, anak sama bunda ribut aja tiap hari.” Kata ayah, “Oh iya Frey, katanya kompetisinasional udah mau dimulai, kamu mau ikutan lagi?”
“Gak tau yah, Aresnya juga lebih sibuk akhir-akhir ini. Frey gak bisa belajar sendirian. Tingkatan soalnya bakal lebih sulit dari tahun-tahun sebelumnya kata Pak Reihan.” Balasku, tahun sebelumnya memang aku sengaja mendaftar mengisi waktu kosong sebelum mulai les lagi. Itu pun aku berhasil lolos sampai 5 besar karena bantuan Ares. Kalau bukan karena si juara umum aku bahkan gak akan lolos seleksi di sekolah.
“Yah yah..” panggilku ketika sesuatu terlintas dalam pikiran.
“hmm?”
“Ayah tau kompleks Osean blue?”
“Tau, kompleksnya para pejabat kan? Yang cuma bisa masuk pake sidik jari orang rumah. Satpamnya aja ada ratusan buat belasan rumah doang. Kata temen-temen ayah sih isi rumahnya canggih banget, nyalain barang-barang aja bisa tinggal tunjuk pake pointswitch, ada rumah yang pake pengawal sama pembantunya banyak, ada juga yang bahkan pake robot. Yang tinggal disana cuma orang-orang tertentu aja. Bahkan pejabat aja gak semuanya bisa masuk. Ada rumor sih, tapi Ayah gak mau ngasih tau.” Ayah bercerita.