Sengkeran

Muhammad Haryadi
Chapter #1

Desa yang Tak Dikenal Langit

Di peta, desa itu tidak pernah ada.

Namun sesekali, seseorang tersesat ke arahnya — dan tak pernah benar-benar kembali sebagai dirinya yang dulu.

Tidak ada tanda jalan, tidak ada gapura selamat datang.

Hanya jalan berbatu yang muncul di tengah kabut sore, seperti jalan yang memutuskan sendiri siapa yang boleh melangkah.

Kadang terbuka, kadang hilang begitu saja, seperti menutup diri dari dunia.

Desa itu tak memiliki nama.

Atau mungkin punya, tapi tak seorang pun berani mengucapkannya.

Mereka yang tinggal di sekitarnya hanya menyebutnya dengan berbagai cara:

“Tempat di bawah kabut.”

“Atap yang tidak dilihat langit.”

“Atau, singkatnya — desa yang sepi tapi tidak kosong.”

Konon, setiap kali ada yang mencoba menyebut namanya dengan lantang, lidahnya terasa berat, dan tenggorokannya kering seperti dicekik udara.

Karena nama itu, kata orang tua, tidak diciptakan oleh manusia.

 

Waktu di sana berjalan dengan cara yang aneh.

Lihat selengkapnya