Selama beberapa minggu terakhir, aku telah menjadi mata-mata bagi diriku sendiri. Aku adalah seorang analis data, seorang akuntan forensik, dan seorang pengamat perilaku. Aku berhasil mengumpulkan tumpukan bukti digital yang bisa membuat pengacara perceraian manapun menari kegirangan. Aku punya tanggal, lokasi, jumlah uang, bahkan nama panggilan konyol yang mereka gunakan.
Tapi, ada satu hal yang kurang. Semua dataku berpusat pada Arvino. Aku tahu apa yang dia lakukan, apa yang dia habiskan, dan bagaimana dia berbohong. Sementara pion utamanya, Rania, masih menjadi sebuah siluet. Aku tahu wajahnya, aromanya, dan seleranya pada tas mahal. Tapi aku tidak tahu apa yang ada di baliknya. Apa motivasinya? Apa kelemahannya? Apakah dia hanya pion yang naif, atau pemain yang sama liciknya dengan Arvino?
Untuk mengetahui itu, aku sadar aku butuh lebih dari sekadar akses ke kartu kredit suamiku. Aku butuh mata dan telinga di lapangan. Aku butuh seorang profesional.
Tentu saja, seorang profesional menuntut bayaran profesional. Untungnya, ini adalah satu hal yang sudah kupersiapkan sejak lama. Jauh sebelum aku sadar pernikahanku adalah sebuah kebohongan, aku sudah punya satu hal yang murni milikku: sebuah dana simpanan rahasia. Sumbernya adalah sisa uang warisan kecil dari nenekku yang kuterima sebelum menikah. Arvino, dengan arogansinya, menganggap jumlah itu tidak signifikan dan tidak pernah menanyakannya lagi. Dia tidak tahu, aku tidak menghabiskannya untuk tas atau perhiasan. Dengan diam-diam, aku menginvestasikan seluruhnya di reksa dana saham berbasis teknologi. Selama bertahun-tahun, dana kecil itu tumbuh dalam sunyi, menggelembung menjadi dana perang yang lebih dari cukup. Arvino tidak pernah tahu tentang dana ini. Baginya, uangku adalah uangnya, dan uangnya... yah, tetap uangnya. Dia akan sangat terkejut jika tahu bahwa 'investasi' pertamaku yang sesungguhnya bukanlah properti atau saham perusahaannya, tapi pada kebebasanku sendiri. Dan sekarang, saatnya investasi itu dicairkan untuk membiayai kehancurannya.
Aku tidak membuka Google dan mengetik "jasa detektif swasta murah". Itu terlalu amatir, terlalu berisiko. Aku menggunakan laptopku yang sudah kuenkripsi, membuka peramban Tor yang menjaga anonimitas, dan mulai melakukan riset. Aku tidak mencari agensi yang mengiklankan jasa "pengintaian pasangan selingkuh" dengan foto-foto murahan. Aku mencari firma intelijen butik, agensi yang biasa disewa oleh perusahaan untuk melakukan uji tuntas (due diligence) atau pemeriksaan latar belakang eksekutif. Aku butuh seorang ahli, bukan tukang foto sembunyi-sembunyi.
Setelah dua hari melakukan penyaringan ketat, pilihanku jatuh pada sebuah agensi bernama "Solusi Veritas". Namanya terdengar meyakinkan. Tidak ada ulasan online—sebuah pertanda baik yang menunjukkan kerahasiaan klien adalah prioritas. Aku menghubungi mereka melalui email terenkripsi, menggunakan nama samaran, dan meminta sebuah pertemuan konsultasi.
Kami sepakat untuk bertemu di sebuah lobi hotel bisnis di pusat kota. Bukan hotel mewah tempat para sosialita berkumpul, tapi hotel fungsional yang ramai dan anonim, tempat orang datang dan pergi tanpa ada yang memperhatikan. Aku datang lima belas menit lebih awal, memilih meja di sudut yang memberiku pemandangan ke seluruh lobi, terutama pintu masuk. Sebuah kebiasaan baru yang kupelajari dari buku-buku strategi. Selalu posisikan dirimu di tempat yang paling menguntungkan.
Tepat pukul tiga sore, seorang pria berusia akhir empat puluhan masuk. Perawakannya sedang, penampilannya tidak mencolok dengan kemeja polo dan celana bahan. Dia bisa saja seorang manajer penjualan atau seorang insinyur. Tapi matanya... matanya tajam dan selalu bergerak, memindai ruangan dengan cepat namun efisien. Dia adalah Pak Budi dari Solusi Veritas.
Dia melihatku, mengangguk singkat, dan berjalan ke mejaku.
“Ibu Alya?” tanyanya, menggunakan nama samaran yang kuberikan.
“Silakan duduk, Pak Budi,” jawabku sambil menunjuk kursi di hadapanku.
Dia duduk, meletakkan sebuah tablet di atas meja, dan langsung ke intinya. “Baik, Ibu Alya. Di email, Anda menyebutkan perlu layanan observasi. Bisa dijelaskan lebih detail? Anda mencurigai pasangan Anda memiliki hubungan dengan pihak ketiga?”
Nada suaranya datar dan profesional, tapi aku bisa menangkap sedikit kebosanan di matanya. Dia pasti sudah mendengar cerita yang sama ratusan kali. Istri kaya yang curiga, suami yang berulah. Sebuah drama klasik.