SENI PERANG RUMAH TANGGA

IGN Indra
Chapter #15

JEBAKAN MAKAN SIANG

Tiga hari setelah panggilan telepon itu, aku mengirimkan sebuah pesan singkat pada Citra.

"Citra, besok siang saya kebetulan ada urusan di gedung sebelah kantormu. Mau makan siang bersama? Saya yang traktir, sebagai ucapan terima kasih sudah banyak sekali membantu Mas Arvino."

Pesan itu dirancang dengan sempurna. Terdengar spontan, tidak mengancam, dan memberinya alasan untuk tidak menolak (ucapan terima kasih dari istri bos). Jawabannya datang dalam beberapa menit: “Baik, Bu. Dengan senang hati.”

Kami bertemu di sebuah restoran Jepang yang tidak terlalu mewah tapi cukup privat, memberiku lingkungan yang terkendali untuk melancarkan serangan final. Citra tampak gugup. Dia mengenakan blus terbaiknya, riasannya sedikit lebih tebal dari biasanya.

Aku menyambutnya dengan senyum hangat, berusaha membuatnya serileks mungkin. Setengah jam pertama kami habiskan dengan obrolan ringan. Aku bertanya tentang pekerjaannya, tentang bagaimana dia bisa begitu terorganisir, dan sesekali aku selipkan pujian. "Pantas saja Arvino sangat bergantung padamu," kataku. Perlahan, aku melihat bahunya yang tegang mulai menurun.

Setelah hidangan utama kami datang, aku dengan perlahan mengarahkan pembicaraan kembali ke Banyu. Kali ini, dia lebih terbuka. Dia menceritakan tentang kemajuan terapi anaknya, tentang tantangan yang mereka hadapi, dan tentu saja, tentang beban finansial yang terus menghimpit.

Aku mendengarkan dengan saksama, sesekali mengangguk dengan ekspresi penuh simpati. Aku membiarkannya mengeluarkan semua keluh kesahnya. Aku membiarkannya melihatku sebagai sosok teman curhat yang bisa diandalkan.

Saat momennya terasa tepat, saat matanya mulai berkaca-kaca, aku meletakkan sumpitku. Aku menatapnya lurus.

Lihat selengkapnya