Ponselku bergetar di atas meja. Sebuah pesan masuk dari Reza. Aku membukanya dengan senyum penuh kemenangan.
“Tentu, Tar. Kapan pun kamu mau tanya soal keuangan, jangan sungkan. Aku siap bantu. Sungguh.”
Dia benar-benar menelan umpanku, lengkap dengan kail, tali, dan pelampungnya. Rasa simpatinya telah berhasil mengalahkan instingnya yang tajam. Egonyalah yang menang—ego seorang pahlawan yang ingin menyelamatkan seorang putri dalam kesusahan. Dia tidak tahu, sang putri ini sedang membangun jebakan, dan dia baru saja dengan sukarela menawarkan diri untuk menjadi batu loncatan pertamanya.
Aku tidak langsung membalasnya. Aku memberinya jeda satu hari, agar tidak terlihat terlalu bersemangat.
Keesokan harinya, aku mengiriminya email. Aku menggunakan alamat email baru yang kubuat khusus untuk misi ini, dengan nama samaran. Subjek emailnya kubuat sangat profesional: "Diskusi & Pertanyaan - Laporan Keuangan".
Isi emailnya kubuat seramah dan serendah hati mungkin.
Hai Reza,
Maaf mengganggu. Sesuai obrolan kita kemarin, aku benar-benar mencoba untuk belajar. Aku mengunduh laporan keuangan publik dari salah satu perusahaan di bursa efek (aku lampirkan di sini) untuk coba kupelajari. Tapi aku langsung pusing, hehe.