Jessica berangkat ke sekolah bersama Daren, dari tadi malam ia tidak bisa menghubungi Farel. Jessica takut jika Farel marah soal kemarin. Saat sampai di sekolah, Jessica langsung menuju kelas Farel dengan berlari.
"Farel? Gue mau ngomong," ucap Jessica dengan menatap Farel.
"Ngomong aja," ucap Farel dingin.
"Lo marah sama gue?"
"Marah? Kenapa gue harus marah? Emangnya lo ngelakuin kesalahan apa sampai gue marah?" ucap Farel dengan santai.
"Lo kenapa sih Rel? Berubah banget akhir-akhir ini," ucap Jessica dengan menatap Farel.
"Gue nggak berubah, lo aja yang ngerasa gitu."
"Terserah, susah ngomong sama lo Farel," ucap Jessica lalu pergi.
Farel hanya menatap Jessica yang mulai menghilang dari pandangannya, menurut Farel ini adalah jalan yang terbaik untuk dirinya dan Jessica. Farel tidak sanggup melihat tangis Jessica saat melihat Farel pergi.
Jessica berjalan dengan melamun, ia bingung mengapa Farel berubah? Apakah karena Daren? Atau karena Farel akan berkuliah di luar negeri dan menjauhinya? Sungguh, Jessica sangat benci kehilangan seperti ini.
"Cemberut aja neng, kenapa? Ada masalah?" ucap Friska dengan menatap Jessica.
"Gak kok."
"Kita tuh temenan udah hampir satu tahun, gue tau sifat karakter lo kali. Udah cerita aja, eh iya kalung lo kemana?" ucap Safira dengan menatap Jessica yang sedang melamun itu.
"Farel bakal kuliah di Inggris dan sikap dia berubah ke gue. Kalungnya gue simpen dirumah," ucap Jessica dengan pasrah.
"Hah? Inggris?" ucap Friska dengan menatap Jessica heboh.
"Udah jangan norak," ucap Safira. Friska hanya menatap Safira kesal.
Bel istirahat berbunyi, Jessica ingin menghampiri Farel dan bertanya tentang semua ini. Jessica menghampiri Farel di kantin, Farel tampak bahagia bersama teman-temannya.
"Farel gue mau ngomong penting," ucap Jessica dengan menatap Farel. Farel berdiri dan mengikuti langkah Jessica menuju taman sekolah.
"Apa? Cepetan gue nggak ada waktu," ucap Farel dingin.