Semilir angin menerpa rambutnya, gadis cantik itu tampak jengkel karena mengganggu penglihatannya. Ia memutuskan untuk mengikat rambut hitamnya itu ke atas.
Kemudian, ia melanjutkan perjalanannya.
Gadis itu terus berjalan mendaki bukit yang tidak terlalu jauh dari pantai, bukit yang jarang orang ketahui.
Ia datang hanya untuk berjumpa dengan senja.
Dulu, gadis itu pernah membuat janji dengan senja. Dan sekarang, ia datang untuk menepati janjinya.
🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥
Cahaya jingga mulai menghiasi langit. Suara ombak menjadi backsound yang merdu.
Burung-burung yang ikut merasakan kehangatan senja, terbang mengelilingi bukit.
Gadis itu tersenyum senang, pikirannya langsung tenang saat berhadapan dengan senja seperti ini.
Ia menatap sekitar, masih dengan senyum yang mengembang. Lalu, beralih ke arah pantai yang terpapar cahaya jingga milik senja.
“Dulu, aku pernah berjanji denganmu senja”
“Saat itu, aku merasa aku adalah orang yang paling sial di dunia. Tidak cantik, tidak kaya, tidak punya teman, bahkan tidak punya keluarga”
“Namun, kau datang memberi kehangatan untukku”
“Dan saat itu pula, aku bertekat dan berjanji padamu untuk datang tanpa rasa beban, tanpa air mata yang mengalir”
“Sekarang, aku telah menepati janjiku bukan? Datang kepadamu tanpa rasa sakit dihatiku”
“Aku kesini, tidak hanya menepati janjiku. Tapi juga membuat janji baru”
“Aku akan berjanji padamu, aku akan membawa seseorang yang berharga dihidupku kesini”
“Aku akan mengenalkannya padamu senja...”
“Dan aku akan memeluknya, tepat saat cahaya jingga mu datang menghampiriku..”
“Itu janjiku! Tolong pegang janjiku ya senja..”
Gadis itu bersiap-siap untuk kembali. Tapi, tiba-tiba ia mendengar suara teriakan seorang lelaki yang cukup keras.
Ia terkejut bukan main. Langkahnya terhenti, bulu kuduknya naik. Ia merinding.
Gadis itu melihat-lihat sekitar, memastikan bahwa suara teriakan yang didengarnya itu benar-benar dari seseorang yang menapak tanah.
Ia memberanikan dirinya, lalu berjalan mendekat ke sumber suara.
Ia mengelus dadanya, rasanya ingin bersujud syukur karena suara teriakan itu bukanlah suara dari makhluk halus penunggu bukit.
Namun, gadis itu mengerinyitkan dahinya. Ia melihat gerak gerik lelaki yang tengah berdiri di ujung bukit.
Yang ada dipikiran gadis itu hanya satu. Lelaki itu ingin mengakhiri hidupnya.
Gadis itu tidak sanggup melihat lelaki itu loncat dari ujung bukit kebawah. Ia berfikir bagaimana cara untuk menggagalkan rencana lelaki itu.
Ia menutup matanya, berharap ada ide yang muncul di pikirannya.
Tapi, tak ada satupun ide yang muncul di pikirannya. Jadi, satu-satunya cara untuk menghalanginya adalah...
Greb!
Ia memeluk lelaki itu. Kemudian, ia menarik lelaki itu jauh dari ujung bukit.
“Jangan...jangan lakukan ini...” ucap gadis itu.
“Lo siapa? Gausah ikut campur urusan gue!” Bentaknya. “Kamu mau lompat kan? Gaboleh!” Ucap gadis itu tegas.
“Iya! Gue mau bunuh diri! Minggir!”
“Enggak boleh!”
“Minggir!”
“Enggak!”
Lelaki itu tampak pasrah. Air matanya bercucuran, ia bingung apa yang harus dilakukan sekarang.
Dirinya sedang down, dan tidak ada satupun yang menyemangati.
“Cerita sama aku, walaupun kita belum saling mengenal...setidaknya kamu akan merasa lega”