SENJA

Luthfia Izza Nafara
Chapter #2

SINAR MENTARI

Sinar matahari memaksa menembus gorden abu-abu milik Arkan. Lelaki tampan itu tampak terganggu oleh sinarnya.

Apakah ia harus bangun sekarang? Ah! Rasanya malas sekali. Padahal waktu sudah menunjukkan angka tujuh lewat lima.

Mau tak mau, Arkan bangkit dari tempat tidurnya. Berjalan ke arah kamar mandi dengan sempoyongan, ia masih belum bisa menyeimbangkan tubuhnya.

Pertama Arkan menyikat gigi, setelah itu baru ia mulai menjalani ritual mandinya. 

Segar sekali badan Arkan, rasa ngantuknya seketika hilang karena mandi.

Sekarang, ia hanya perlu merapikan tugas-tugas kampusnya. Barulah ia bisa turun dan pergi ke kampus.

Duk...duk...duk

Arkan menuruni anak tangga satu persatu. Ia tak melihat satu orang pun disana, jadi ia memutuskan untuk langsung pergi saja.

“Kenapa gak sarapan dulu?” Tanya Kirana-mama Arkan. 

Kirana baru saja selesai bersiap-siap, hari ini dia akan berangkat ke london untuk melepas rindu dengan putra pertamanya.

“Tumben nanya, biasa juga bodo amat” Ucap Arkan dingin.

Sikap Arkan memang seperti ini jika bersama keluarga. 

Karena seperti yang pernah ia ceritakan sebelumnya kepada Vina, dia sering dikucilkan di keluarga Wijaya.

“Kamu itu ya! Beda banget sama Daffin! Gak liat dia dipuji-puji karena kesopanannya?! Gak kayak kamu!”

Arkan tidak ambil pusing. Ia langsung saja keluar dari rumah, telinganya berasa pegal mendengerkan ocehan yang keluar dari mulut mamanya.

“Ck! Awas aja lo Daffin!”

🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥

“Loh? Bekalnya udah siap?” 

“Udah bun..”

“Kamu udah bawa bekal tapi kok sarapan?”

“Ha?”

“Takut kelaperan ya?” Mika-bunda Vina tertawa terbahak-bahak. Pasalnya, Vina tak pernah sarapan di rumah. 

Vina lebih memilih membawa bekal ketimbang sarapan di rumah. Takut terlambat katanya. 

Tapi sekarang, Vina membawa bekal dan juga sarapan di rumah.

“Enggak lah bun, bekalnya untuk Arkan”

Sudah seminggu sejak kejadian Vina dan Arkan bertemu di bukit, dan mereka baru tahu bahwa mereka satu kampus namun berbeda jurusan.

Mereka tahu pun karena tak sengaja berpapasan di parkiran.

“Arkan yang kamu ceritain itu?”

Vina mengangguk, ia memang menceritakan tentang Arkan pada Mika. 

Tapi tidak semua, Vina tau itu bukanlah suatu yang bisa di umbar-umbar sembarangan.

“Emang udah sampe tahap mana? Kok udah kasih-kasih bekal?”

Setelah Vina menceritakan tentang Arkan pada Mika, bundanya itu menangkap bahwa Vina menyukai Arkan.

Padahal sudah Vina katakan, bahwa niatnya hanyalah menolong.

“Ayaah...bunda godain aku terus nih...” Ngadu Vina pada ayahnya.

Kavin-ayah Vina hanya tertawa kecil sebagai respon. Ia sangat suka melihat interaksi Mika dan Vina. 

Mereka tidak terlihat sebagai ibu dan anak, melainkan seperti sahabat. 

Umur mereka tidak terpaut cukup jauh, hanya selisih delapan tahun. Pastinya Mika lebih tua daripada Vina. 

Begitu juga dengan Kavin, ia dan istrinya hanya selisih dua tahun.

“Udah..jangan diganggu lagi anaknya bun, nanti mukanya nambah merah” 

Bukannya membela, Kavin malah ikutan menggoda Vina.

“Ih! Ayah sama bunda sama aja” Vina mengerucutkan bibirnya.

Ia segera mengambil tasnya lalu berpamitan untuk pergi ke kampus.

“Aku pergi aja deh, daripada jadi lalat disini”

Lihat selengkapnya