“Hai cantik”
“Oh my god! Tante, you look so pretty tonight!” Girang Clarissa.
Ia dan kedua orangtuanya sedang berada di rumah keluarga Wijaya.
Mereka diajak untuk dinner bersama. Untuk membicarakan perihal perjodohan Clarissa dan Arkan.
“Owh, thank you dear”
Mereka pun duduk di meja makan, namun tidak ada Arkan disana.
“Tante, Arkannya kemana?” Tanya Clarissa.
Kirana bingung ingin menjawab apa. Pasalnya, Arkan belum pulang semenjak bertemu dengannya di bandara.
“E..em, bentar lagi juga pulang” Jawab Kirana.
Clarissa mengangguk sebagai respon.
“Oiya, suami kamu mana Kir?” Tanya Anna-mommy Clarissa.
“Mas Wijaya ikut ke London bareng Daffin” Jawab Kirana lagi.
Kleek!
Arkan membuka pintu rumah Wijaya, ia baru saja sampai ke rumahnya setelah melewati jalanan yang amat macet.
“Arkan sayang, sini kita dinner dulu. Sekalian mau ada yang dibicarain” Ajak Kirana lembut.
Pastinya Arkan tau apa yang akan ‘dibicarakan’.
“Arkan capek, mau istirahat” Arkan melangkahkan kakinya kembali.
Namun, Kirana melototkan matanya. Memberi kode pada Arkan untuk menurut.
Mau tidak mau, Arkan membalikkan badannya dan berjalan ke arah meja makan.
“Karena Arkan sudah datang, bagaimana jika kita memulai pembicaraannya?” Tanya Kirana.
“Seperti kesepakatan kita. Jika Arkan menikah dengan Clarissa, maka bisa saja Arkan menggantikan saya sebagai CEO”
Kirana tersenyum mendengar perkataan Satria-daddy Clarissa. Mendengarkannya saja sudah senang, apalagi ketika benar-benar terjadi.
“So, bagaimana Arkan? Kamu menerima perjodohan ini?” Tanya Satria.
Arkan terdiam. Ia ingin sekali menjawab tidak, namun sedari tadi Kirana melotot kearahnya.
“Please Arkan” Ucap Clarissa.
Bagaimana bisa ia menerima perjodohan konyol seperti ini disaat ia sudah mempunyai pujaan hati. Eh?
“I’m sorry. I can’t” Ucap Arkan sopan.
“Arkan!” Teriak Kirana.
Emosi Kirana meledak, bisa-bisanya Arkan membuat Kirana malu.
“Saya sudah punya pacar. Tolong hargai keputusan saya”
Arkan bangkit dari duduknya dan pergi menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
“Mom...” Panggil Clarissa lesu.
“It’s okay darling, tante Kirana kan bisa ngebujuk Arkan” Ucap Anna.
“Iya, tante bakal ngebujuk Arkan. Kamu tenang ya sayang”
Karina tersenyum, mencoba untuk menenangkan Clarissa yang mulai terisak.
Ah! Bisa gagal rencananya untuk menguasai perusahaan keluarga Satria.
🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥
“Babe, kamu masih ingat Alexa?” Tanya Satria pada istrinya.
Ia, Anna dan juga Clarissa sudah pulang sekitar satu jam yang lalu.
Pembicaraan di rumah Wijaya diakhiri dengan bujukan-bujukan untuk Clarissa yang sedih akibat Arkan yang menolak perjodohan.
“Aku hampir melupakannya” Jawab Anna singkat.
“Kau tau, aku menyesal mengusirnya” Ucap Satria sedih.
“Aku juga menyesal karena hanya memperhatikan Clarissa” Anna mulai menitikkan air matanya.
“Andai dulu kita tidak percaya pada orang itu” Lanjut Anna.
Benar. Orang itulah penyebabnya. Andai saja dulu, Satria dan Anna tidak termakan omong kosong orang itu.
Omong kosong yang menyebabkan terjadinya perpecahan dan perpisahan.
“Apa yang pernah dikatakan orang itu?” Tanya Anna.
“Alexa adalah penyebab kematian anaknya”
“Ia juga menjadi akar di setiap masalah sekolah”
“Jika tidak mau imej keluarga dan perusahaan kita buruk...”
“Maka satu-satunya jalan adalah mengeluarkan Alexa dari keluarga ini”