“Kamu lagi ada masalah ya?” Tanya Vina pada Arkan yang sedang memakan bekal.
“........” Arkan tidak menjawab apa-apa. Ia hanya menghembuskan nafas beratnya.
“Habis ngampus aku mau ke bukit. Mau cerita sama senja. Kamu mau ikut?” Ucap Vina.
Arkan berpikir sejenak. Hatinya tertarik untuk bergabung dengan Vina. Tapi, kedua bibirnya seperti sudah diberi lem. Sangat susah untuk berbicara.
“Arkan, jawab dong”
Arkan masih saja terdiam. Ia benar-benar sedang tidak mood untuk berbicara apapun.
Vina pun ikut diam karena Arkan diam.
Baru saja Arkan ingin berbicara, seorang lelaki datang menghampiri Vina.
“Vin, ikut gue bentar yuk” Ajak seorang lelaki bernametag Rio Ramadhan di almamaternya.
“Ngapain?” Tanya Vina.
“Gue mau ngomong sesuatu” Ucap Rio sambil tersenyum.
Tapi tiba-tiba hati Arkan gelisah, ia takut apa yang dipikirkannya akan terjadi.
Ia berpikir bahwa Rio akan membawa Vina ketempat yang romantis lalu Rio akan menjadikan Vina kekasihnya.
Ah! Tidak, Tidak, Tidak !! Jangan sampai itu terjadi.
“Oke. Arkan aku pergi sebentar ya. Nanti sebelum aku pergi ke bukit, aku nelfon kamu dulu. Bye Arkan”
Vina pun mengikuti Rio berjalan ke arah taman fakultas.
Setelah melihat kondisinya aman, Arkan dengan buru-buru membereskan bekalnya dan berjalan mengendap-endap dibelakang Vina dan Rio.
Vina dan Rio duduk disalah satu kursi taman.