“Hai Arkan”
“Ck!” Arkan berdecik pelan dikarenakan melihat Clarissa di hadapannya.
“Mau ngapain lo kesini? Minggir gue mau kekelas” Ucap Arkan sambil mendorong Clarissa pelan kesamping agar tidak mengahalangi jalan Arkan menuju kelas.
“Arkan, aku kesini karena mau ngajakin kamu jalan” Clarissa memegang lengan Arkan dan menggoyang-goyangkannya.
Karena tak nyaman, Arkan langsung menepis tangan Clarissa yang berada di lengannya.
“Ayo dong Arkan, masa kamu mau jalan sama cewe itu tapi gamau jalan sama aku” Ucap Clarissa dengan nada yang sok manja.
“Dia dan lo itu beda nya pake jauh” Ucap Arkan sinis. Ia mengerti ‘cewe itu’ yang dikatakan Clarissa.
“Iyalah beda jauh, dia jelek aku cantik” Mimik wajah Arkan berubah ketika mendengar Clarissa memuji dirinya sendiri.
“Kebalik” Ujar Arkan.
“Oh my god, Arkan you are my fiancé. You have to be nice”
“What? I have to be nice?”
“Yes..”
“Your dream is too high, Clarissa”
“Kamu kok gitu sih, babe..” Ucap Clarissa sambil bergelanyut di lengan Arkan. Arkan kembali menepis tangan Clarissa kasar.
“Lo tau gak? Lo itu kayak cewe—“ Ah! Arkan tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.
Ia ingin sekali mengatakan ‘cewe murahan’. Namun, ia tak tega menyakiti hati perempuan sedalam itu.
“Cewe apa? Cewe cantik? Of course dong”
Ingin sekali rasanya Arkan menendang perempuan di hadapannya kini ke matahari agar menjadi berbeque.
“If you don’t go with me, i’ll call your mom”
“I-don’t-care” Arkan dengan segera berjalan kembali ke arah kelas tanpa memperdulikan Clarissa yang meneriaki namanya.
Akhirnya, percakapan mereka selesai juga. Jika semakin lama, Arkan akan benar-benar menendangnya ke matahari.
🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥
“Gimana? Udah berhasil?”
“Belum. Ternyata dia udah punya pacar” Jawab seorang perempuan berambut agak kepiranagan itu.
“Mau sampai kapan gini terus?” Tanya temannya.
“Ya mau gimana lagi. Sejak empat bulan lalu gue deketin dia, dia selalu bilang kalau dia udah punya pacar”
“Contohnya tadi, gue deketin dia, gue ngajakin dia jalan tapi dianya gamau”
Perempuan blasteran itu tampak kesal. Ia memegang kepalanya untuk berpikir.
“Dia....gak tau kan kalau ini cuma taruhan?” Tanya temannya lagi.
Perempuan blasteran itu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
“Nes, gimana kalau...gue kalah”
Nessa, temannya si perempuan blasteran itu menggelengkan kepalanya keras.
Perempuan blasteran itu kebingungan. Ia menutup kedua matanya untuk mengistirahatkan kepalanya yang pusing.
“Lo masih ingat kan taruhannya?” Tanya Nessa.