“Clarissa?” Panggil Anna.
“Yes mom?”
“Mommy mau ngomong bentar sama kamu” Ucap Anna.
“Okay”
“Jadi gini honey, kenapa kamu nyuruh mommy and daddy untuk jodohin kamu dengan Arkan?” Tanya Anna.
Memang sebenarnya, perjodohan ini bukanlah atas dasar kemauan atau kesepakatan Anna dan juga Satria.
Perjodohan ini Clarissa sendiri yang mengusulkan.
“I love him mom..” Ucap Clarissa berbohong.
“But, he doesn’t love you...” Anna benar, Arkan memang tidak mencintai Clarissa. Begitu juga dengan Clarissa sebenarnya.
“I know mom, tapi aku cuma mau sama Arkan...”
“Huftt..okay” Anna pun keluar dari kamar Clarissa.
Setelah Anna benar-benar keluar, Clarissa berjalan kearah pintu dan menguncinya. Lalu ia membuka sebuah laci yang penuh dengan foto-foto dirinya bersama adiknya, Alexa.
Ia terus menerus menatap foto foto itu, sampai akhirnya ia tersadar karena sebuah panggilan masuk ke handphonenya.
“Ck!”
Ia menerima panggilan tersebut, namun ia tidak lupa untuk menekan tombol merekam. Ia selalu melakukan itu untuk menjadi bahan penyelidikan oleh polisi.
“Waktumu tinggal tiga bulan lagi”
“Jika anda kalah, maka saya tidak segan-segan menyakiti pak Satria dan bu Anna”
“Tiga bulan lagi. Ingat itu!”
“Ohya! Satu lagi, jangan coba-coba bekerja sama dengan polisi”
“Jika seandainya anda bekerja sama dengan polisi, anda akan tau akibatnya”
Tuut!
Panggilan tersebut dimatikan oleh si penelfon.
Clarissa menjatuhkan dirinya diatas ranjang merah muda kesayangannya. Ah, kepalanya terasa pusing sekali.
Apa yang harus dilakukannya sekarang?
“I don’t know what to do now...”
“Aku harus bisa membuat Arkan melupakan pacarnya itu”
“Tapi gimana caranya?”
“Udah berbagai cara aku lakukan biar bisa deket sama Arkan”
“Tapi semuanya sia-sia”
Vina beralih menelfon sahabatnya, Nessa.
“Halo Nes”
“Bantuin gue.....”
“Rencanya kita mulai sebulan lagi”
“Thanks Nes!”
🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥🌥
Waktu telah menunjukkah pukul tujuh lewat sembilan. Namun, Vina masih enggan membuka matanya.
Gorden di kamar Vina terbuat dari bahan yang tebal, sehingga cahaya matahari tidak tembus. Itulah yang membuat Vina merasa bahwa hari masih malam.
Tok! Tok! Tok!
“Vina bangun! Udah siang!” Teriak Mika dari luar kamar Vina.
“Vin...Bunda masuk ya”