Senja

hafitalia
Chapter #14

13

13



Selesai sarapan, aku mengecek Line.

Ternyata beberapa jam lalu ada pesan dari Fajar.

Fajar:

Senja, hari ini ada kuliah, gak?

Aku segera membalas pesannya.

Gak, ada.

Fajar:

Aku mau ngobrolin rencana kamping bareng temen-temenku. Mau ikut gabung bareng gengku? Kita mau makan ramen di tempat biasa.

Sebetulnya hari itu aku malas keluar rumah, pengin rebahan dan masih terbayang kata-kata yang menari di surat elektronik. Tapi ajakan makan ramen sepertinya telah membuat cacing-cacing diperutku berteriak-teriak minta makan enak.

Senja:

Mau ketemuan jam berapa?

Fajar:

Biasa, pas jam buka.

Senja:

Ok, sampai ketemu di sana.

Aku menutup chat. Terus siap-siap.

Mataku udah kayak mata panda, gerutuku. Ya sudahlah, mau gimana lagi. Aku langsung mandi dan siap-siap.

Lima menit menjelang buka, ternyata geng Geram sudah pada kumpul di depan restoran. Kukira aku akan duluan, nyatanya kalah cepat.

Fajar, Akira, Yusihiro, Toshio, Hideki langsung menyapaku.

“Senjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!”

Pakai kenceng pula! Untungnya belum ada pengunjung yang antre.

Aku hanya geleng-geleng saja melihat ulah Geram!

“Hai semua, apa kabar?” sapaku renyah.

“Baiiiiiiiik!” mereka serempak menjawab.

“Ini kalian kok bisa kompak begitu, bagaimana bisa?”

Akira, Toshio, Hideki, Yusihiro langsung melirik Fajar. Sementara yang dilirik pura-pura gak ngerti. 

Hadeuh, Jar. Mereka dicekokin apa sih? Kok bisa ketularan virus kamu? Mereka bisa kompak rame gitu!” protesku pada sang ketua geng.

Fajar tidak memberitahu, dia sok berahasia segala, sambil memamerkan tampang serius sambil menaik-naikkan kedua alisnya.

Restoran telah buka, kami berenam masuk. Kemudian memesan menu favorit. Sambil menunggu pesanan, aku terus mendengarkan kisah-kisah ajaib keempat sahabat Jepang yang punya banyak cerita lucu tentang Fajar. Berkat mereka, aku jadi lupa bahwa semalam hatiku kacau balau. Kini bersama mereka, aku jadi senang. Ternyata Fajar punya sahabat-sahabat yang menyenangkan, sama sepertiku. Hanya saja, sahabat-sahabatku tidak seramai sahabat-sahabatnya Fajar.

Akira dan Fajar saling bertatapan heran, ternyata keadaanku tidak seburuk yang mereka perkirakan—itulah maksud dari tatapan mereka. Fajar tampaknya senang bisa melihatku banyak tertawa.

Pertemuan dadakan ini, ide dari Akira. Untunglah kelimanya bisa kumpul, sehingga aku tidak curiga sama sekali. Akira ternyata sama khawatirnya dengan Fajar.

Bahkan Akira atas sepengatahuan Fajar juga mengajak Harumi. Hanya saja, Harumi datang belakangan karena harus menemani Mamanya pergi belanja.

“Halo semua,” sapa seseorang.

Lihat selengkapnya