24
Sejak kehadiran Toshio, jam tidurnya mulai terkontrol. Meskipun Toshio tidak sebawel Akira, rupanya dia jauh lebih tegas dan sangat disiplin. Kalau masih melihat Fajar di atas jam dua belas berkutat dengan laptop. Tak segan dia akan mematikan semua lampu, dan menyuruhnya tidur. Jika Fajar masih ngeyel, dia akan dengan senang hati bertindak tegas sehingga membuat Fajar enggan jika harus ribut. Sebenarnya dia tidak takut. Melawan pun tidak masalah. Tapi untuk apa, tidur adalah keharusan untuk yang si empunya tubuh. Dia bukan mesin yang bisa terus dioperasikan. Bahkan mesin yang terus digunakan akan memanas dan perlu diistirahatkan agar tidak cepat rusak.
Fajar bertekad tidak mau sakit lagi. Dari kecil dia selalu malas berurusan dengan rumah sakit. Kalau saja tidak ada sahabat-sahabatnya, dia pastikan sakit kemarin tidak akan dirawat di rumah sakit. Tapi sahabat-sahabatnya tidak kenal kompromi, apalagi Akira yang anak kedokteran, jelas dia tidak akan membiarkannya.
Bila ada salah satu di antara mereka berlima sakit, tanpa di minta mereka bahu membahu untuk saling menolong, menemani, dan kalau perlu akan merawat, seperti yang sudah mereka lakukan pada Fajar.
Dalam urusan memasak, bila selama ini Fajar memasak semaunya saja, kalau sudah kelaparan. Beda dengan Toshio yang sangat disiplin. Jam makan adalah jam makan, lapar tidak lapar kalau sudah waktunya akan makan.
Beberapa bulan ditemani Toshio, kondisi kesehatannya semakin baik. Tidak ada hari yang bolong tanpa lupa tidur, karena ada Toshio yang tidak segan-segan memarahinya jika dia masih berkeberatan tidur dan lebih mementingkan kerjaan. Berdebat untuk hal sepele dengan Toshio, jelas Fajar akan kalah. Jadi dia mengalah saja, karena sahabatnya sangat peduli dengannya. Sekali waktu, kalau Fajar masih membandel, maka dia selalu bilang “Masa dalam satu tahun kamu terserang tifus dua kali. Aku saja belum pernah dan jangan sampai terserang penyakit itu.”