33
Seharian aku berada di luar, tidak sempat mengecek berbagai surat elektronik, pesan ke aplikasi Line dan WhattsApp. Sibuk diskusi untuk tugas-tugas yang kukerjakan, bersama teman-teman sekelasku. Untung saja aku bawa bento, meski tak sempat ke kantin. Aku bisa mengisi perutku dengan bekal yang kubawa.
Beberapa hari kemudian, aku baru cek surat elektronik. Ada pemberitahuan tentang lomba yang kuikuti. Awalnya aku hanya ikut berpartisipasi saja. Hitung-hitung latihan mengasah kemampuan menulisku. Tak disangka, namaku masuk dalam tiga besar. Aku memenangi juara satu lomba tersebut, yang mengangkat tema pendapat tentang buku bajakan yang kian marak di pasaran.
Saat itu aku tidak memiliki ide terperinci. Hanya terbesit pernah membeli buku bajakan yang kualitasnya sangat jelek, memang berbanding lurus dengan harganya yang sangat murah. Dalam tulisan yang kukirimkan ke salah satu redaksi penerbit yang mengadakan lomba. Aku mengungkapkan pandanganku sebagai konsumen, pembeli sekaligus pembaca buku tentang betapa tidak asyiknya membaca buku hasil bajakan. Selain rugi karena kualitas bukunya jelek, ada beban yang menggelayut di dalam hati—rasa bersalah. Kemudian aku pun menuliskan bagaimana ciri-ciri buku bajakan. Mungkin belum banyak yang tahu, bahwa tidak semua buku harga murah itu asli. Beberapa penebit memang ada yang mengadakan promo besar-besaran dengan harga miring. Tapi itu jarang. Sementara kehadiran buku-buku bajakan yang masuk dalam kategori buku laris, selain karena harganya yang sangat murah, dan bisa dengan mudah di dapatkan di toko-toko online. Tinggal klik, bayar, baca. Tidak perlu repot pergi ke toko buku, tidak mahal juga, masalahnya jika kebiasaan membaca buku bajakan tidak bisa dihilangkan. Ini pelan tapi pasti akan merugikan diri sendiri, penulis, editor, ilustrator, penerbit, dan semua orang yang terlibat dalam pembuatan buku yang berperan melahirkan buku ke tangan pembaca. Dan yang lebih menyedihkan lagi, jika para pembajak buku terus dibiarkan dan buku-buku bajakan makin marak di pasaran, sudah bisa dipastikan lama-lama akan membunuh dunia literasi. Kupaparkan panjang lebar mengenai kerugian dari membaca buku bajakan. Dengan membeli buku bajakan sama saja dengan ikut berpartisipasi mengembangkan usaha para pembajak buku. Sudah bisa dipastikan dibalik harga murah sebuah buku bajakan, dampak kerugiannya sangat besar, baik bagi diri sendiri yang telah menipu diri, bagi penulis, penerbit dan dunia literasi di tanah air, yang menikmati hanya pelaku pembajakan saja. Dengan tulisan itu, aku menekankan pentingnya edukasi dan sosialisasi kepada para pembaca buku untuk tidak lagi melirik dan tergiur buku bajakan, melainkan berhenti beli buku bajakan.
Itulah sekelumit garis besar tulisan yang kukirimkan. Tidak disangka responnya sangat bagus, dan aku memenangkannya. Setelah sekian lama mengikuti berbagai lomba, baru kali ini aku lolos. Ini bukan tentang hadiah yang diberikan pihak penyelanggara. Melainkan keikutsertaanku kali ini ingin memperbanyak jam terbang menulisku.
Meskipun aku kuliah ambil jurusan Fisika, tapi aku tidak fokus di situ saja. Aku mengasah kemampuan lain, lewat menulis aku menemukan kebahagiaan. Kesenangan yang tidak akan bisa kulukiskan dengan kata-kata.
Pengumuman pemenang disampaikan lewat akun Instagram penyelenggara lomba. Setelah membalas surat elektronik, mengucapkan terima kasih atas terpilihnya aku menjadi pemenang. Kemudian aku mengisi data yang harus dilengkapi. Lantas setelah sekian purnama aku membuka akunku. Ada banyak notifikasi yang baru kubuka. Bahkan ada beberapa pesan langsung yang dikirim kepadaku. Sekitar lima orang teman yang kukenal mengucapkan selamat. Termasuk di antaranya Fajar. Sebagian teman maya yang baru kukenal sejak mereka mengetahui kemenanganku dan mengucapkan selamat, seakan merasakan eforia yang sama atas pencapaian yang berhasil kudapatkan.
Satu per satu pesan kubalas. Menyampaikan rasa terima kasih atas ucapan mereka. Terakhir, aku tak mengira temanku yang satu ini juga mengetahui kemenanganku dan mengucapkan selamat. Ada pesan tambahan yang membuat hatiku serasa ingin terbang.