44
Sejak pagi, aku beres-beres rumah, koleksi buku, hingga merawat tanaman-tanaman dan mengganti pot untuk beberapa tanaman yang sudah mulai harus diganti potnya, kemudian diakhiri dengan masak. Hanya lelah yang bisa dirasakan oleh tubuhku. Sekitar pukul dua siang, setelah makan dan salat, aku malah tiduran berselimut mukena dan beralaskan sajadah. Hanya nyenyak dan nikmat tidur siang yang bisa kurasakan.
Sebulan lebih liburan, baru kali ini bisa tidur siang senyenyak ini. Dua jam kemudian aku terbangun, merapikan alas salat. Kemudian kulanjutkan rebahanku di tempat tidur, sambil mengecek aplikasi Line.
Eh, ada pesan dari Fajar? batinku sambil mengernyitkan dahi.
Saat kubuka, mataku terbelalak, dan rasa-rasanya mataku langsung segar gara-gara dikirim foto-foto tanaman hias dedaunan yang selama ini menjadi incaranku. Hanya saja di rumahku tidak memungkinkan untuk memborong tanaman-tanaman hias yang aku mau. Apalagi bermodal menyewa rumah, mana mungkin aku berani mengadopsinya dalam jumlah banyak serta ukuran besar, cukup yang piyik-piyik. Ini saja beberapa tanaman hias imut nekad kurawat, saking tak tahannya ingin merawat tanaman. Kalau pun aku sudah menyelesaikan S2-ku, paling tanaman-tanaman ini akan kuberikan pada sahabat-sahabatku di sini, pikirku sambil menghibur diri meskipun aku tak yakin apakah mereka mau mengadopsi tanamanku. Urusan itu belakangan sajalah, yang penting di rumah sewaanku ini ada anak-anak hijau yang akan menamaniku saat membuka mata di setiap pagi. Serta menemaniku sebelum aku menutup mata, menjelang tidur.
Sudah sebulan lebih, Fajar tak pernah bertukar kabar. Sekalinya nanya kabar, ujung-ujungnya bikin nyesek, mupeng lihat tanaman-tanaman yang di fotonya.
Walaikumsalam anak-anak hijau, jadi pengin bawa anak-anak hijau ke rumah, nih. balasku.
Jar, sejak kapan kamu main ke toko tanaman hias? Gak salah tempat? kali ini aku beneran tidak menyangka, Fajar si anak supel dan gaul ada di sana.
Membaca balasan dari Senja, sontak seketika Fajar ngakak, rasanya pengin ketawa guling-guling. Hanya saja itu artinya bikin rusuh di toko milik Papa.
Sejak Papaku punya toko tanaman hias. Jelas gak salah tempat, karena ini taman bermainku juga.
Kini aku tergagap membaca balasan dari Fajar. Rasanya aku ingin membenamkan wajahku di bawah bantal, karena aku malu. Baru kali ini aku merasa bodoh.
Lagi pula, pecinta tanaman hias bukan saja milik perempuan, bahkan banyak juga laki-laki yang memang cinta dengan dunia tanaman hias.
Lama tak ada balasan dari Senja. Sepertinya Fajar paham, kali ini dia sedang tersipu karena telah salah menebak.
Aku bukan pecinta tanaman hias, Mama dan Papaku saja yang kompak mencintai dunia tersebut. Aku belum tertarik untuk merawat apalagi mengadopsinya. Ngeri kalau ditanganku anak-anak hijau bukannya hidup bahagia melainkan mati sia-sia, karena aku lupa ngurus, lupa nyiram, lupa ngasih pupuk, vitamin, dan sebagainya. Aku gak mau repot ngurusin anak-anak hijau, aku gak telaten kayak kamu.
Aku hanya bisa menggaruk-garuk kepala, Fajar tahu dari mana kalau aku suka tanaman hias, padahal selama ini aku tidak pernah cerita tentang hobiku yang satu ini—merawat tanaman.
Wow, kamu beruntung sekali memiliki kedua orang tua yang memiliki hobi yang sama—suka tanaman. Eh, itu kamu ngapain kirim-kirim foto tanaman milik toko orang tuamu? Ambil gambarnya sudah izin sama pemiliknya belum?
Baru saja aku kirim, tak lama kemudian Fajar membalas pesanku.
Orang tuaku bakalan beruntung lagi kalau punya anak seperti kamu yang suka tanaman. Sementara anak-anak kandungnya—aku dan adikku mana ngerti dunia tanaman. Bisa bedain sayur sama daun tanaman hias saja aku sudah untung. Mana ada banyak sekali jenis-jenis tanaman hias. Pening kalau harus menghafal satu per satu, ditambah cara merawatnya juga beda-beda. Aku kirim foto-foto ini, karena aku pernah lihat kamu punya koleksi beberapa tanaman imut, anak-anak hijau di rumahmu. Aku lagi main di toko, pas lihat beberapa tanaman aku jadi teringat koleksi tanamanmu. Makanya sengaja kukirim foto-foto yang bakalan bikin plant lover ngiler, hahaha.
Fajar sengaja memancing Senja.
Hahahaha, awas ya, Jar.
Ya cuma gitu doang, kirain bakal dibalas dengan jawaban panjang, keluh Fajar saat membaca pesan balasanku.