Karel bersyukur kalau acara ulangtahun Asha diadakan di kafe tak jauh dari rumahnya. Dengan begitu Karel tak perlu bertemu keluarganya di sana. Ia benar bersyukur akan hal ini. Dan juga acara itu juga hanya di hadiri oleh teman sekolah Asha dan juga teman kelasnya di kampus. Sekitar 200 undangan. Itupun Karel tidak mengenalnya satupun. Karel menghampiri Asha yang sedang berbicara pada seorang temannya di sana. Diikuti Milka di belakangnya.
"Syukurlah lo datang juga." kata Asha memeluk Karel yang kini tersenyum samar. "Terpaksa sih lebih tepatnya," Sahut Karel membuat Asha tertawa kecil.
"Sudah gue tebak sih. Tapi makasih." Sahutnya melepas pelukan singkat itu pada Karel.
"Selamat ulangtahun yah, nanti kadonya lo beli sendiri aja, nanti gue transfer." katanya menepuk pundak Asha yang kini tertawa kecil.
"Wah, oke. Thanks ya, gue tunggu transferan lo." Jawabnya membuat Karel mengangguk tersenyum.
"Pesan gue cuma satu, jangan bandel." Ucapnya membuat Asha mengangguk mantap.
"Siap. Baik." Katanya cepat. Sekarang pandangan Asha tertuju pada Milka di belakang Karel.
"Selamat ulangtahun yah." kata Milka ikut memeluk Asha singkat.
"Sorry gue nggak bawa apa-apa, soalnya mendadak dikasih tahunya sama Karel." katanya menunjuk Karel di sampingnya yang kini tersenyum samar.
"Enggak apa, cukup doain aja gue." Balasnya membuat Milka mengangguk mantap.
"Pastinya." Sahut Milka cepat.
"Makasih Mil. Yaudah, duduk dulu gih. Aku mau samperin yang lain dulu." jelasnya pada Karel yang kini mengangguk, menurut. Membawa Milka menuju salah satu meja kosong tak jauh dari tempat ia berdiri tadi. Mengambil duduk di sana. Melihat Asha kini kembali menyambut tamunya dengan senyum mengembang.
"Tadi gue mau ngajakin Nano sama Senja juga kesini. Tapi kayaknya mereka nggak bakal mau." Kata Karel membuat Milka sontak saja menoleh serius, raut mukanya berubah serius, ia tak suka mendengarnya, ia melihat Karel kini mengeluarkan ponselnya dari dalam saku kemeja kotak-kotak berwarna merah marun yang dipakainya.
"Iya sih, Senja lebih memilih drama koreanya daripada kita. Dan Nano akan memilih barang antiknya juga." Sahutnya asal.
"Iya lo benar," Sahut Karel tertawa kecil. Milka mengangguk tersenyum.
Karel memutar pandangnya pada seluruh meja yang sudah terisi. Beberapa pasang mata kini menatapnya tersenyum, membuat Karel merasa tidak nyaman jika sudah seperti ini.
"Gimana kalau kita cabut." Katanya pada Milka yang tentu saja bingung. Melihat Karel kini kembali berdiri. Baru saja mereka sampai dan duduk.
"Gue traktir tempat lain yuk." katanya lagi. Mau tidak mau, Milka ikut berdiri. Mengikuti Karel berjalan lebih dulu menuju pintu masuk kafe dengan langkah cepat. Menuju parkiran mobilnya. Membuka pintu mobil itu dan menyuruh Milka masuk. Lalu ia masuk setelahnya.
"Kenapa Rel? Acaranya belum dimulai lho?" tanya Milka heran.