Jam lima sore, senior yang tidur siang sudah bangun dari tidurnya. Kami yang junior juga sudah lama berhenti bermain.
Setengah jam lagi kami hendak menjemput lembu dan mengaraknya pulang. Namun tiba-tiba saja, seluruh lembu kami berlari kencang dari tempat makan mereka!
Semua lembu panik ketakutan! Berlari sekuatnya tanpa melihat ke belakang lagi. Jagankan melihat ke arah kami, anak mereka sendiri pun tidak mereka peduli.
Semuanya menyelamatkan dirinya sendiri. Kami yang sedang duduk santai di gubuk kaget bukan main! Kami tidak tahu kenapa lembu kami lari ketakutan begitu, kami tidak tahu siapa yang telah menakuti atau yang mengejutkan mereka.
Tidak perlu lagi kami menjemput, mengumpulkan dan mengarak lembu pulang. Seluruh lembu sudah lari dengan kencang tanpa perlu kami pukul.
Tanjakan pun mereka tancap dengan penuh rasa takut dan juga berani. Tapi alangkah kasihannya lembu yang gendut dan tua tertinggal karena lambat dan sedikit lebih balap daripada entok saat berlari.
Kami masih penasaran apa yang terjadi? Kami pun menyusul lembu kami. Sambil berjalan salah seorang pun mulai bicara,
“Kadang pe khaimo cebiakhi se da?” Dugaan Yok pada kami.
“Dah di padel ne mecekhok. Mido maaf gekhe, nahan khoh songkok male ge!” Ninik Wok Yan marah pada Yok yang sembarang mulutnya saja bicara. Tuh kan bodohnya bercakap. Cepatlah minta maaf, nanti datang harimau.
“Maaf songkok male, ndak nae kuulangi. Maaf nu.” Maaf harimau, tidak lagi kuulangi. Maaf, ya. Yok takut.