SENJA DATANG AYO PULANG

Daud Farma
Chapter #18

Anak Pegawai Kecelakaan

Tidak selalu menggembala ke tempat jauh. Adakalanya aku menggembala di padang rumput tepi kanan-kiri jalan raya. Ada kalanya fi halaman SD-ku sendiri meskipun rumputnya tidak banyak. Sebab aku telat membuka kandang. Yang lain sudah pulang duluan. San sendiri di MIS dekat rumah, dia selalu pulang lebih awal.

Aku sudah kelas 6 SD, kadang aku telatbpulang seperti anak SMP. Aku dan lembu-lembuku sudah tidak bisa lagi ke tempat yang jauh, harus ke desa Salim Pinim yang bisa memakan waktu lebih tiga satu jam ke padang rumput jika menggembala di Tebing. Meskipun memang tak jarang lembu-lembuku aku suruh lari agar cepat sampai di pandang rumput. Apalagi jika berangkatnya bersamaan dengan rombongan yang lain. Kalau yang di depan menyuruh lembunya lari, maka aku juga memukul paha lembuku agar lari, tentu bukan pukulan yang kuat. Dengan begitu, jarak antar kelompok hanya satu meter saja. Tapi kadang Khinjang tidak mau lari, sebab badannya tambun dan berat ia membawa badannya sendiri.

Kalau musim panen, baik itu panen padi atau jagung, aku menggembala di sawah kami. Untuk menuju ke sawah ini mestilah lewat sawahnya Dekh dan San. Tentu juga harus menunggu mereka panen. Kalau panennya serentak maka langsung bisa ke lewat. Meskipun hal ini memisahkan diri dari kelompok lain namun kadang waktu seperti inilah kesempatan dan kesenangan tersendiri.

Senangnya dekat dari rumah, kalau aku lapar aku bisa pulang sebentar dengan mengamanahi San untuk menjaga lembuku sekejap. Aku tidak perlu lagi jalan jauh ke padang rumput di Salim Pinim sana, apalagi ke Tebing, tidak harus melewati rumah Ifah dan Uni dan juga kawan-kawanku yang lain. Rata-rata, hampir setengah persen dari kawanku rumahnya di pinggir jalan aspal. Aku juga idak perlu lagi ke desa Alur Nangka, tidak mesti menggembela di Gunung baik di desa Lawe Tungkal ataupun Batu Seding dan Rambah Sayang.

Sewaktu menggembala di tepi jalan raya, banyak teman-temanku yang lewat dan memanggil namaku. Aku juga memanggil namanya. Aku sering menggembala di sawah dekat rumahnya Pak Bahri. Pernah juga menggembala di sawah depan penduduk dusun Jambu di seberang jalan di bawah sana. Aku juga pernah menggembala di tepi jalan raya di dekat rumah temanku Amdan. Segala ada kesempatan dan tempat yang lumayan luas untuk pakan lembu, tentu kami akan ke situ selagi tidak ada tanaman penduduk. 

Sebenarnya sawah kami ini adalah sawah yang disewa ayah dulunya, lalu ayah menjual enam lembu untuk membeli sawah ini. Cukup panjang sawah ini hingga ke sungai alas sana. Lembu yang enam itu adalah sewaktu Piyah yang menggembala, aku baru beberapa bulan ikut menggembala dengannya.

Di tahun ini, di kelas enam ini ayahku membeli sepeda R-X King, bukan sepeda motor. Besi badan sepedanya tidak semua melengkung ke bawah, melainkan juga ada yang lurus dari bangku duduk ke pegangan setang. Kakiku tidak sampai ke aspal jika aku duduk di bangkunya, mesti turun sebelah.

Lihat selengkapnya