Senja di Ujung Cakrawala

Bernika Irnadianis Ifada
Chapter #1

bica.ra

tidak lama kemungkinan kita akan bertemu dan saling tahu menahu...

tapi, nanti,

kalau ada waktu.

-

Tentang orang baru, saling kenal, orang yang datang hanya untuk singgah, lalu kembali bertemu dengan orang yang lama. Ceritanya belum ku mulai. Ini hanya bica.ra yang harusnya ku tulis diakhir cerita.

Bagaimana bisa kalau jatuh cinta terlalu asing untuk seseorang yang bernama Jihan? Seharusnya aku tidak perlu memikirkan hal tersebut. Ramai-ramai isi kepalaku sudah terbentuk menjadi sebuah gelombang besar yang berisikan pertanyaan. Permasalahannya sudah terlalu padat untuk diselesaikan menjadi satu persatu. Bahwa, aku tidak ingin jatuh cinta terlebih dahulu.

Lagi-lagi akibatnya sebuah pertemuan. Tidak terduga bahwa aku bertemu dengannya ketika sesuatu di dalam pikiranku tertuju olehnya. Sosok lawanku yang bernama Dikta. Ia mengajakku untuk berkenalan. Mengenalkanku sebuah puisi, lagu, senja, bahkan luka yang sebenarnya tidak ingin ku kenali.

"Tapi kalau semisalnya aku udah terlalu stuck sama kamu, itu salahnya siapa?"

"Pokoknya bukan salah aku, Ta. Kamu duluan yang tiba-tiba minta buat kenalan sama aku. Kamu juga yang tiba-tiba meminta untuk memulai kalau sebenernya cerita ini nggak perlu dibuat cerita panjang. Kan' waktu itu sudah ku bilangi, kamu masih suka sama seseorang, kamu juga yang masih terlalu takut untuk melupakan orang itu. Dan lebih spesialnya lagi, kamu memulai dengan yang baru bahwa sebenarnya ini cuma dijadikan permainan!"

Pertama kali aku bisa semarah itu. Menangis tanpa disembunyikan. Bersedu-sedan di depan Dikta. Terlalu jatuh untuk jatuh cintaku yang pertama kali. Gelombang yang tadinya sempurna, tiba-tiba retak karena hal yang tidak ku sukai sejak dulu bisa kurasakan secepat ini. Disini salahnya siapa?

Lalu cerita singkatku kali ini akan kutuliskan sedikit bahwa sesuatu yang baru harus dikenali lebih jauh lagi. Tidak perlu terburu-buru kalau tidak ingin hasil akhirnya separah itu. Teman-temanku terlalu bersemangat ketika tanpa diduga seorang Dikta yang begitu terkenal menemuiku di lapangan sekolah. Alumni kakak kelas yang sepopuler itu sudah membuatku takut untuk terkenal disekolahan.

"Nggak tau ya Han, kak Dikta itu sebenarnya cuma mainin lo doang atau beneran serius sama lo," ujar Binta.

Aku melirik kearahnya, "pradugamu termasuk pradugaku juga."

"Kenapa lo berpikiran sama kaya gue?"

Lihat selengkapnya