"Eh, kalian tahu nggak sih? Nanti malam ada acara pensi di alun-alun Kota! Pokoknya kita harus ke sana, oke?!"
Tak ada yang namanya sedu-sedan untuk Binta yang paling cerewet. Satu-satunya anak yang paling ceria di antara kita semua. Kita beranggota tujuh anak yang memiliki sifat berbeda-beda. Ada Nike si anak yang paling kalem, rambut panjangnya selalu dikepang layaknya anak cupu. Hanum yang berkaca mata dan keras kepala. Citra yang sering membuat tutorial hijab dan paling jahil. Zeta si manis yang selalu dikelilingi oleh laki-laki SMA 5. Lita si anak tomboi yang membuat semua laki-laki ciut ketika ia sudah menekuk lengan seragamnya. Dan terakhir ada Jihan Pelita, yang kata anak-anak paling sulit untuk membuka hati.
Oh, iya, memang benar sih aku paling sulit untuk membuka hati. Bukan karena dulunya pernah patah hati, karena memang belum ingin saja. Jika saja kalian melihat tujuh gerombolan yang selalu banyak gerak, aku ada di antara mereka. Tenang saja, di sana aku akan samanya dengan Nike. Sama-sama kalem.
"Jihan, ikut ya? Biar lo bisa dapet kenalan sama orang-orang yang ada dipensi, oke?"
"Aku nggak secupu itu, Ta. Aku bisa cari cowo sendiri yang cocok buat aku. Tapi, nggak sekarang. Belum waktunya," jawabku.
"Pokoknya Jihan harus ikut. TITIK!"
"Iya, tapi nanti aku sedikit terlambat."
Binta memastikan semua anak untuk pergi nanti malam, terutama untukku. Bukannya ingin menolak, akan tetapi nanti malam bukan jadwalku untuk pergi bersama mereka. Akan ada acara lain di tempat lain bersama organisasi luar sekolah yang sudah ku ikuti sejak dua minggu yang lalu. Belum ku beri tahu kepada mereka tentang kenapa aku ikut organisasi diluar sekolah. Semisal sempat, nanti ku jelaskan satu persatu.
"Jihan, gue belum ngerjain tugasnya Pak Ruslan..."
Ketika kalimat baru yang diucapkan oleh Citra, semuanya buru-buru panik mengambil buku di dalam tasnya. Berebutan untuk menjadi yang pertama. Buru-buru mereka membentuk lingkaran dan ku dikte agar tidak bertengkar. Potret pagi ini, sudah sering terjadi di kelas 12 bahasa 2. Selalu berisik, banyak bicaranya, serta selalu panik ketika tugasnya belum ada yang selesai.
¤¤¤
Sesuai janjiku, malam ini aku sampai di alun-alun Kota. Orang-orang banyak sekali. Sedikit susah untuk mencari gerombolan yang berisikan hanya teman-temanku. Suaranya berisik karena acaranya sudah dimulai. Band Kota sudah berdiri di atas panggung. Siap untuk menampilkan pertunjukkanya. Aku diam sebentar. Melihat sekeliling untuk memastikan apakah aku benar ada di alun-alun Kota? Karena terlalu ramai sekali.
"Jihan!"
Seruan yang tiba-tiba terlintas melalui telingaku, membuatku menoleh ke sumber suara. Binta terlihat begitu bersemangat. Berdiri sambil mengangkat kedua tangannya begitu tinggi. Meneriakkan vokalisnya yang sudah bernyanyi. Sudah ada Nike yang hanya duduk sambil memainkan ponselnya. Hanum yang sedang memakan bakso aci, Citra yang sama serunya dengan Binta dan Zetta, lalu baru ada Lita yang langsung menyeruput es teh yang ada di depan Nike. Karakter manusia memang susah sekali untuk dirubah agar menjadi yang tidak sama.
"Dateng juga lo?" teriak Binta kepada Jihan.
"Kan udah janji."
Kini, satu meja sudah penuh. Sudah terkumpul menjadi satu. Teman-temanku terlihat begitu bergembira, menikmati alunan lagu pop yang sedang dinyanyikan oleh Band Kota. Berbincang-bincang kecil sembari memakan beberapa makanan yang sudah dipesan. Obrolannya selalu diiringi suara tawa Binta yang begitu menggelegar mengalahkan suara kebisingan diacara pensi.
"Acara penutupnya diisi sama Kak Dikta. Makannya, gue minta lo pada dateng ke sini. Rugi tahu kalau kalian nggak dateng," ujar Binta.
"Demi apa? Gilaaa lo, nggak ngomong dari pagi. Gue udah cantik belum?"
"Udah Zeta, lo itu selalu cantik. Makannya cowo-cowo pada suka sama lo," jawab Citra.
"Binta kok kamu nggak bilang sih kalau di sini tempatnya rame banget? Kalau gini 'kan aku bisa bawa headset. Berisik tahu."
"Jihan, lo itu harus berbaur sama kebalikan-kebalikan yang sama sekali nggak lo sukai. Sesekali aja deh," kata Binta.