Senja menatap Langit lekat, "Lo bisa gak kalau ngomong itu yang lembut!" bentak Senja.
"Suka - suka gue lah mau ngomong apaan, gue ngomong kasar kek, lembut kek, jorok kek, itu urusan gue, ngapa lo yang repot." jawab Langit tak merasa bersalah.
"Kayaknya lo perlu belajar etika deh, biar lo bisa menghargai orang. Lihat tuh fans - fans lo semuanya ngasih bingkisan tiap hari ke lo, tapi lo, jangankan lo simpan, lo buka aja enggak, palingan lo buang, atau enggak lo kasih ke Andi."
Langit mengangkat alisnya, "Lo irikan karena gue punya banyak fans?"
"Gue gak pernah iri sama lo, se enggaknya gue lebih pintar dari lo." ucap Senja menunjuk kepala nya.
"Bilang aja lo iri, iri bilang bos." sombong Langit.
*****
Lola, dan Meldi duduk di sudut ruangan osis sambil menyeruput es teh manis, "Perasaan gue kok gak enak yah." ucap Lola membuka suara.
"Es teh nya gak enak? Gue nyuruh Bu Susi ganti es teh yang baru yah?" tanya Meldi.
"Bukan es teh nya, tapi perasaan gue, gue takut kalau Aurora rebut langit dari gue." cemas Lola.
Meldi tertawa terbahak - bahak, "Gak mungkinlah. Yah gue tau Aurora emang lebih cantik sih dari lo."
"Apa!" sewot Lola.
"Santai dong, tapi gak mungkin lah Langit pilih cewek yang bukan siapa - siapa, lihat diri lo deh, lo model, lo cantik, lo terkenal, jelas lah Langit lebih milih lo, lo tau kan langit kayak gimana."
"Tapi Langit gak pernah nembak gue, gimana gue bisa tenang."
"Lola, tungguin aja kali, bentar lagi juga Langit nembak lo kok." ucap Meldi meyakinkan.
****
Akhirnya jam pulang pun tiba, Aurora memiliki sebuah rencana untuk meminta tanda tangan Langit.
"Lo serius mau nemuin Kak Langit?" tanya Monic.
"Iyalah." jawab Aurora.
Aurora, Monic, dan Angel menunggu Langit di depan gerbang sekolah. Cukup menunggu lima menit, Langit akhirnya keluar sambil mengendarai motor.
Aurora yang sudah tidak punya malu langsung menghalangi motor Langit tepat di depan nya, "Stop!! "
Langit hampir saja menabrak Aurora, seluruh siswa yang melihat kejadian itu terkejut bukan main, Aurora hampir saja di tabrak oleh Langit, "Woy gak takut mati lo!" bentak Langit.
Aurora menggeleng, "Aurora lebih takut kehilangan Kak Langit." jawab Aurora polos.
Semua siswa menatap Aurora dengan ekspresi tak bisa di tebak, "Ngapain lo halangin gue?"
Aurora mengeluarkan secarik kertas, dan pulpen, "Minta tanda tangan."
Langit menggerutu kesal, untuk pertama kalinya Ia memiliki Fans segila ini, "Gak puas ko gue sakiti tadi!"
"Aurora kan minatnya tanda tangan bukan minta di sakiti." jawab Aurora.
"Gak mau, geser lo gue mau pulang!" bentak Langit.
"Aurora gak mau geser kalau Kak Langit gak kasih tanda tangan, Aurora ngeFans sama Kak Langit." kekeh Aurora.
"Oke, gue gak pernah bohong sama ucapan gue." Langit yang emosinya tidak terkontrol lagi menyambar Aurora hingga Aurora terjatuh.