Kak, ini dini hari, sudah pukul tiga pagi. Namun entah mengapa si jemari tidak ingin berhenti, padahal sudah selarut ini. Iya, surat cinta lagi … jadi maaf jika rangkaian aksaraku tidak rapi.
Biar aku tebak. Kamu sedang mendengkur di tilammu dengan nyenyak. Pantulan tidurmu jelas saja remang, sebab bibir manismu berkali-kali bilang bahwa mimpi tidak selalu datang. Namun jika ada peluang, boleh tidak ya aku bertandang? Sekedar mewarnai remang yang hilang.
Ingin sekali aku memburai sunyi supaya kamu tidak merasa sepi. Kalau bisa, sudah kugapaikan cakrawala petang beserta isinya untukmu seorang. Supaya rembulan bisa temanimu dalam kegelapan. Supaya gemintang bisa menjadi penerang kala kamu sedih pun juga senang. Supaya semesta mau berkoloni denganku, sampaikan seluruh renjana yang aku punya untukmu.
Kak, sepertinya harus cukup sampai di sini, nanti aku sambung lagi. Mungkin lusa atau lain hari? Jangan bosan dengan tulisanku ini, sebab bibirku tidak pandai meracau seperti burung kenari. Jadi, tunggu saja nanti, akan kubuatkan kamu puisi.