Senja Tanpa Jingga

tommy
Chapter #2

Penyesalan Datang dari Kesalahan (Perkara 1)

"Eh, Sam, ntar malem kan ada farewell party perpisahan SMA, lu tampil kan? Jangan lupa bawa Fana ya, kasihan udah pacaran 2 tahun lu gak pernah anggap dia spesial, malah tiap bulan lu selingkuhin dia sama cewek lain," celoteh Bima memukul pundakku.

"Ah apaan sih Bim, males banget bawa pasangan, malu ah, lagipula kan Fana cuma orang biasa dikehidupan gua, perasaan gua ke dia tu biasa aja, lagipula dianya aja yang bego mau diselingkuhin," bantahku dengan nada yang sedikit tinggi kepadanya.

"Elu, Sam, belagu banget, dasar! Jangan nyia-nyiain cewek, ntar lu kena karma baru tau rasa!"

"Gak mungkin, palingan kalo karma ketemu gua dia juga naksir sama gua,” terangku dengan penuh tawa.

Beberapa saat kemudian tiba-tiba ponselku berbunyi, segera kuambil dari saku celana dan ternyata itu telfon dari Fana. Seorang Fana berani meneleponku secara tiba-tiba pasti karena ada sesuatu yang penting, sebab aku pernah mengatakan dengan tegas padanya untuk tidak meneleponku apabila tidak ada sesuatu yang penting.

"Hallo, Fan! kenapa? Gua lagi sibuk Fan, kalau ada yang mau dibicarain cepetan ya."

"Iya, Sam, maaf ganggu, nanti malem kan ada farewell party, saya ikut bareng kamu, boleh? Soalnya saya gak tau mau pergi sama siapa, temen-temen pada gak ikut karna mereka diluar kota," ucap Fana dengan begitu lembut.

"Kenapa lu gak keluar kota sekalian? Gua males bawa-bawa cewek ke acara gua, kalau mau datang ya datang aja sendiri, kalau males dateng sendiri ya gak usah datang!" bentakku dengan lantang.

"Tapi Sam, saya mau nonton penampilan kamu, apa kamu gak senang saya nonton? Apa kamu gak senang saya hadir?" tanyanya yang tersedu-sedu dengan isak tangis yang tak terbendung.

"Bodo amat, yang mau nonton penampilan gua bukan lu doang. Iya gua gak senang lu hadir, pergi aja sono!"

Emosiku jadi tak tertahankan, hampir saja aku membanting ponselku. Tanpa berpanjang lebar akupun mematikan telepon dari Fana, kemudian Bima yang berada disampingku menceramahiku dengan suara yang begitu keras dengan logat betawinya, sebab sikapku yang kasar pada Fana.

"Ah lu jangan kasar gitu ke cewe Sam, hargai cewek, cewek itu bukan mainan," ceramah Bima dengan tegas kepadaku.

"Biarin, hidup ya hidup gua, lagipula ngapain sih lu ikut campur? Ini kan kehidupan gue.”

Tak ingin mendengar ceramah Bima lebih lama lagi, aku memutuskan untuk pergi berdalih untuk mempersiapkan keperluan untuk farewell party malam ini.

***

Waktu mulai malam dan acara farewell party pun dimulai, suasana begitu ramai dan sangat meriah, apalagi setelah aku memainkan gitar dengan nyanyian indah yang menerbangkan hati wanita mana saja yang mendengarkannya, bahkan bidadaripun akan turun dari singgasananya mendengarkan nyanyianku.

Lihat selengkapnya