3 jam berlalu begitu lambat. Semua orang menunggu cemas di ruang tunggu IGD. Akhirnya dokter keluar, rasa cemas yang sempat reda, kembali muncul melihat dokter berjalan keluar.
“Dok?” Ucap senja bergetar.
“Saat ini sedang koma,” Belum sempat dokter meneruskan ucapannya. Senja pingsan.
***
Tidak lama Senja sadar dari pingsannya dia sudah terbaring di ranjang rumah sakit. Terlihat Abian adik iparnya sedang menelepon seseorang berdiri jauh dari ranjang Senja.
“oh udah sadar kak? Yah kak Senja udah sadar.”
Abian datang mendekati Senja dengan raut wajah cemas. Ternyata dia habis menelepon ayah mertuanya.
“Kak gak papa?” Ucap Abian, tapi entah kenapa suara Abian tidak begitu terdengar jelas.
Berulang kali Abian terlihat mencoba mengatakan sesuatu, tapi suaranya tidak terdengar jelas, bahkan terdengar semakin lama semakin samar. Hingga tiba-tiba telinga Senja berdenging panjang yang membuatnya semakin merasa aneh.
“Kak! Kak! Hallo?”
“Hah? Iya Yan? Gimana keadaan bang Langit yan?”
“Bang langit koma kak, kakak kenapa? Perlu di panggilin dokter gak?”
“Gak yan, aku mau ke ICU aja sama bang Langit”
Senja mulai beranjak dari tempat tidurnya, tetapi tangannya tersangkut sesuatu, ternyata itu adalah infus. Ternyata Senja pingsan karena kelelahan dan banyak kekurangan cairan. Rencananya hari ini Senja akan makan malam bersama Langit, di tempat All You Can It, jadi dia sengaja menahan makan dan minum dari pagi supaya bisa muat makan makanan banyak yang sangat dia impikan.
Padahal dari pagi dia panas-panasan bersama ibu mertuanya, menemani ibu mertuanya belanja tas meski sebenarnya Senja tidak begitu suka belanja tas. Senja lebih suka belanja baju dan sepatu.
“Udah disini aja kak, nanti kalau infusnya udah baru boleh ke ICU. Istirahat aja dulu. Sekarang biar ibu yang jaga di ICU sama ayah.”
“Gak, aku mau menemani bang Langit. Sus! Tolong lepas ini.”
“Gak bisa kak! Please kak, jangan bikin semuanya jadi tambah rumit. Biar habis dulu infusnya, kalau udah terserah lah nanti mau nyusul atau gimana.”
Seketika hening, Senja harus menurunkan emosinya sekarang. Benar kata Abian jika dia rewel ini akan semakin sulit. Dia pun berbaring, meski hati kecilnya sangat ingin bertemu suaminya.
Senja menanti tetes demi tetes infus itu turun. Semakin ditunggu terasa semakin lama, semakin gelisah. Tapi dia tetap menahan diri supaya tidak melakukan hal bodoh. Mengingat sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Terlihat Abian juga tertidur di kursi dan beberapa kali terbangun karena hampir terjatuh dari kursi
Waktu yang ditunggu pun datang, ahirnya infus di lepas, Senja bisa mengunjungi suaminya. Namun dia tidak bisa masuk karena sekarang sudah pukul 4 pagi. Lagian di dalam ICU ada ibu mertuanya, akhirnya dia sekali lagi menahan diri di ruang tunggu beresama ayah dan adik iparnya.