Sinar matahari begitu menusuk mata. Parfum pengharum yang dipakai saat di strika begitu semerbak . Dia membuka matanya. Begitu matanya terbuka, dia langsung linglung. Melihat keseliling, terlihat dia tidak berada di kamarnya, tapi tempat ini tidak asing baginya, setelah beberapa saat Senja baru tersadar, dia sudah berada di rumahnya. Rumahnya sendiri sebelum menihkah dengan Langit, terlihat Bintang juga sedang duduk menyetlika baju sambil mendengarkan video dari YouTube. Badannya basah karena keringat, sangat basah seperti baru saja lari maraton.
“Loh dek, kapan kita pulang?” Ucap Senja.
Reaksi Sandra sangat mengejutkan, dia langsung menoleh dengan tatapan aneh, alisnya mengreyit dan mulutnya manyun. Dia menatap Senja begitu lama, kemudian dia kembali ke aktifitas semula menyetlika baju.
“Dek, serius kapan kita pulangnya? Kamu bawa aku ke rumah rumah pakai apa? Kok kuat?”
Bintang sekali lagi menoleh dengan ekspresi sama, kemudian dia meletakkan strikanya dan langsung menghampiri Senja. Dia menatap mata kakaknya dengan serius. Memperhatikan setiap sudut wajahnya dan kemudian tersenyum tipis.
“Mbak opo seh? Ngipi opo he? Sadar woy!” Ucap Sandra mencubit lengan Senja sambil tertawa.
“Aduh! Sakit!”
“Biyuh kemalan... Aduh sakit!” Bintang meniru gaya bicara kakaknya.
“Dek serius aku gak bercanda ya!”
“Halah mbak mbak adus kono lo. Gek ngipi opo sampek teles kabeh awakmu. Wes jam setengah pitu, ra kerjo ye?” Ucap Sandra sambil berjalan kembali menuju tempat setrika.
Senja masih bingung dengan situasinya, kok bisa dia kembali sudah di rumahnya bersama adiknya, dan bagaimana cara Sandra membawa Senja pulang? Apakah dia mimpi atau gimana? Namun dia tetap berjalan menuju kamar mandi, di perhatikannya seluruh ruangan. Semua tetap sama. Aneh.
“Masak iya aku ini lagi mimpi? Tapi aku sakit pas di cubit tadi?” Gumamnya.
Senja kembali mencoba mencubit dirinya sendiri, dan sakit.
“Duh!, sekali lagi.”
“Mbak! Ndang adus kono lo! Beh gek nyapo wong kui maeng.” Ucap Sandra ngedumel.
Senja pun menurut, dia berjalan menuju kamar mandi, melihat seisi ruangan kamarnya, ruang tengah, dapur, dan kamar mandi semua terasa nyata dan tidak asing. Memang ini suasana rumahnya di Kediri. Senja sempat berhenti di depan kamar mandi, sekali lagi memastikan bahwa dia sedang mimpi atau tidak, dia mencoba mencubit bagian tubuhnya yang lain. Kali ini dia mencubit pipinya.
“Aduh duh, loh sakit beneran jadi ini gak mimpi? Takut juga sih biasanya kalau mimpi ke kamar mandi ke bawa sampai dunia nyata pipisnya. Apa aku gak usah pipis aja ya, cuma mandi, tapi udah kebelet.” Gumamnya.
Akhirnya Senja mandi juga dan benar dia menahan pipis, berusaha sekeras mungkin untuk tidak pipis, karena dia berpikir dia sedang bermimpi. Namun selesai mandi dia sudah tidak tahan.
“Bodo amat lah ngompol.” Ucapnya.
Setelah buang hajat dia kembali ke kamar. Melihat Sandra sudah rapi dengan seragamnya. Jelas sekali ini seragam yang di gunakan 2 tahun yang lalu, saat Sandra bekerja di salah satu toko pakaian. Seja ingat betul kalau Sandra sudah keluar dari toko itu satu tahun yang lalu. Kini dia sudah mendapat pekerjaan yang lebih baik. Apa mimpinya ini menunjukkan ingatan-ingatan masa lalunya? Ingatan saat dia masih berusaha untuk bangkit dari keterpurukannya.
“Emang harus ya mimpi gini pas ditinggal bang Langit?” Ucapnya sedih.
“Nyapo sih mba?! Gek ndang salin kono loh mba. Wes telat iki loo.” Gerutu Sandra.
Senja tersenyum tipis mengingat Sandra sering memarahinya dulu karena sering terlambat. Mau tidak mau dia mulai beraktifitas seperti biasanya. Dia hapal aktifitas ini, aktifitas yang dia lakukan kurang lebih selama 2 tahun lamanya. Mandi dan berangkat kerja. Mimpi ini terasa nyata sekali, bahkan rasa sakit akibat di cubit tadi masih terasa hingga lengannya kebiruan.