Sampai di seribu batu songgolangit.
Senja tidak ingat kalau disini awal dia bertemu dengan Langit. Karena dia terlalu asik dengan teman-temannya menikmati moment bersenang-senang dengan teman lama tapi secara nyata. Semua langsung berfoto ria disana, bahkan semua berpencar setelah foto bersama di depan pintu masuk. Waktu itu Senja hanya berdua dengan Gina. Mengeksplore semua tempat di wisata itu.
Kemudian Senja dan Gina menemukan satu tempat yang mana disana ada kelincinya di lepas di halaman. Semua pengunjung boleh masuk dan memberi makan. Makanan sudah tersedia dan tidak membayar lagi jika ingin meberi kelinci makanan. Kelinci di sana jinak, begitu ada pengunjung masuk mereka tidak takut untuk menghampiri. Ada juga yang sedang bersusah payah mengambil sendiri makan yang di letakkan di meja yang tinggi.
Saat itu lah Senja baru sadar, disana pertama kali dia bertemu Langit. Disana ada Langit dan teman-temannya juga sedang bermain juga dengan kelinci, dan mereka mengambil beberapa foto dan video vlog disana. Senja sangat terpesona dengan Langit. Melihat Langit yang lebih muda mengingatkan kembali momen momen indah yang di lewati. Rasa rindunya terobati melihat Langit, terlebih bisa melihat eksperesinya yang bahagia. Tidak terasa Senja menetes kan air matanya.
“Ja kenapa nagis ja?” Tanya Gina.
“Aduh kelilipan nih Gin.”
“Yah... udah pake kacamata masih bisa kelilipan Ja? Hahah sini coba lihat.”
Senja buru-buru menahan air matanya supaya tidak jatuh. Didongakkannya kepala supaya air mata tidak jatuh. Setelah itu sempat dia melirik ke arah Langit. Dan terlihat Langit memperhatikan Senja dan Gina. Seketika dia merasa malu karena di perhatikan.
“Aneh? Kok aku malah malu sih di lihatin bang Langit.” Gumamnya.
“Apa Ja?”
Lagi-lagi tanpa sadar juga Gina mengacaukan semuanya. Senja langsung mengajak Gina untuk pergi dari sini. Tetapi itu pun tidak jauh. Hanya dengan menujukkan spot foto yang bagus saja Gina akan menurut. Dari kejauhan Senja masih memperhatikan Langit. Dia hanya mengambil foto sesekali. Kemudian dia fokus melihat Langit. Dia berusaha untuk memanfaakan momen sebaik mungkin.
Tidak lama Langit sudah mulai berpindah tempat. Ingin Senja mengikuti Langit, tapi Gina masih belum mau pindah tempat. Dengan terpaksa, Senja harus merelakan Langit pergi. Seketika itu juga mood Senja berubah.
“Padahal masih kangen sama bang Langit.”
Kali ini gumaman Senja tidak ada yang mendengar. Karena Gina masih sibuk dengan tripodnya berfoto dengan berbagai model gaya dan tempat.