Di penginapan berbentuk rumah.
Di teras rumah penginapan khas Jogja yang cukup luas. Malam ini suasana sedang bersahabat, tidak panas dan tidak dingin. Angin juga tidak sedang berhembus kencang selalu. Dia hanya sesekali lewat untuk menyenjukkan udara. Cocok sekali untuk acara makan-makan di luar.
Langit sedang mempersiapkan bumbu untuk makan malam bersama Dion. Malam mereka mengadakan pesta barbecue. Sebagian sedang mempersiapkan bahan makan dan sebagian mempersiapkan tempat. Mereka bekerja sama sambil bercanda, tidak ada satu pun yang menganggur.
“Lang, tadi ada cewek yang ngelihatin terus cuk, emang kenal?” Ucap Dion sambil mengulek.
“Yang mana?”
“Ck... sok banget gak tau. Tadi yang pas kita ada di seribu batu songgolangit. Pas kita kasih makan kelinci. Ceweknya pakai kacamata Lang.”
Langit mencoba mengingat. Dan dia baru ingat karena tadi secara tidak sengaja dia melihat Senja menangis. Dia sebenarnya penasaran kenapa tiba-tiba menangis? Dan setelah itu pergi begitu saja. Namun selain itu, dia juga tertarik dengan Senja yang terlihat sederhana di banding teman di sampinging yang yang fashion able.
“Iya kah? Emang sih pesona cowok ganteng tuh emang gak ada yang menandingi iya gak sih?”
“Halahh! Pede banget, gantengan aku kali. Lebih keren lebih tinggi lebih berotot.”
“Heh! Gak semua cewek suka cowo berotot. Dan perokok.”
“Anjay... kenapa bawa bawa rokok, asal kau tau hai anak muda rokok merupakan salah satu alternatif peredah stress yang murah cuk... 20 puluh ribu bisa di pakai beberapa kali cuk. Dari pada buat jalan-jalan gak jelas. Mending duduk menikmati sebatang rokok plus kopi udah, stres pun bablas.”