Keesokan harinya.
Hari ini waktunya jalan jalan ke tempat taman sari Jogyakarta. Pagi pukul 07.00 Senja dan teman-temannya harus sudah bersiap untuk pulang. Namun sebelum pulang, mereka sarapan terlebih dahulu di hotel.
Pagi itu hotel cukup ramai karena tempat makan mereka dekat dengan kolam renang hotel yang mana saat pagi hari itu banyak anak-anak yang menginap disana main air. Senja dan teman-temannya cukup menikmati suasana pagi itu, meski beberapa dari mereka yang belum terbiasa sarapan harus di paksa sarapan. Seperti Senja yang tidak terbiasa sarapan.
“Makan yang banyak Ja, ntar habis ini kita bakalan ada jalan kaki lumayan jauh katanya.” Ucap Gina.
“Emm.” Senja hanya berdehem karena dia tidak nafsu makan pagi itu karena kebiasaanya dia makan sekitar jam 8 ke atas.
Karena Senja tidak biasa makan pagi, jadi dia makan sedikit. Dan sebelum check out, Senja menyempatkan untuk pergi ke supermarket terdekat untuk membeli roti dan susu untuk bekalnya nanti barangkali nanti dia mulai lapar.
Pukul 08.00 mereka sudah siap untuk kembali, barang-barang sudah di masukkan ke mobil. Beberapa sudah siap di dalam mobil beberapa masih di luar menunggu mobil di nyalakan.
“Yah, liburan telah usai Ja, hari ini terakhir kita haha hihi.” Ucap Gina.
“Hmm.”
“Ham hem ham hem bae. Ngomong jangan kayak orang gagu ya Ja..”
“Iya Gina, duh mood ku masih belum ngumpul nih.”
“Iya sih, emang jam segini nyawa mu belum ngumpul yak. Ya udah lah.”
Tidak lama mobil mereka berangkat menuju taman sari Jogjakarta, perjalanannya cukup dekat hanya saja mobil susah mencari tempat parkir karena hari ini Minggu. Jadi tempat parkir pagi ini sudah penuh, sehingga terpaksa mobil mereka harus parkir di tempat yang agak jauh.
Setelah parkir, mereka berjalan melewati gang sempit menuju tempat wisata itu. Selama perjalanan yang tidak jauh itu, Senja menikmati udara pagi dan juga pengalaman yang unik, karena ketika dia melewati gang itu,banyak mural bahkan toko kecil baik toko oleh-oleh, makan an kecil khas jogja, dan toko kelontong biasa pun ada. Perjalanan ini sungguh berkesan untuk Senja dan teman-temannya.
Sampai di depan pintu taman sari Jogjakarta pintu masih di tutup. Tour guide harus membeli tiket terlebih dahulu. Semakin lama para pengunjung semakin banyak. Ada turis lokal dan internasional, mereka mengantri di depan pintu, pagi itu cukup mendung jadi meskipun berdiri cukup lama tidak masalah.
“Ini pak Tono tourguide kita selama perjalanan mengelilingi taman sari Jogjakarta ya kakak kakak semuanya.”
Pak Tono adalah warga lokal yang sering membawa turis keliling wisata sambil menjelaskan beberapa sejarah dari taman wisata ini.
“Ini adalah peninggalan keraton Ngoyogyakarta Hadiningrat, yang berupa taman keraton yang luas....”
Senja terpesona dengan bangunan yang kokoh ini. Semua serba antik dengan pahatan yang mempesona. Padahal dari luar kelihatan biasa tetapi begitu masuk kedalam, semua baru terasa menyejukkan karena dapat menikmati sejarah jawa yang khas ini. Setiap ruangan memiliki kisah masing-masing. karena terlalu asik melihat lihat Senja ketinggalan rombongan.
“Gin, ini bangunannya luas banget ya, mana tadi kita sampai ke loro-lorong juga. Berasa enggap gak sih tadi pas di lorong?.” Ucap Senja.
“Gin... Gina!”
“Maaf kak gimana?” Suara yang sangat dia kenal, iya suara Langit.
Saat itu juga Senja hampir menangis karena rindu yang terlalu berat itu menghampirinya tiba-tiba, melihat Langit sangat dekat. Kemudian Langit tersenyum ke Senja. Semakin membuat dadanya semakin sesak, matanya sakit karena harus menahan air mata supaya tidak jatuh. Senja sempat bengong beberapa saat. Sedangkan Langit melambai-lambaikan tangan di depan wajah Senja.
“Kak? Hallo?” Suara berat Langit kembali terdengar. Rindu sekali rasanya mendengar suara itu.
Langit mencoba menyadarkan bahkan teman-teman Langit pun juga mencoba menyadarkan Senja dengan memanggil berkali-kali, hingga suara lantang Gina menyadarkan Senja.
“Hallo mbak e?” Sapa Dion.
“Wehh kesurupan cuk?!” Ucap Aaqil asal.