Mulai dari itu, semakin lama Langit dan Senja semakin dekat. Mereka sering mengirim pesan satu sama lain. Entah hanya sekedar membalas story hingga mereka membahas tentang volunter kesehatan mental. Karena sejak itu mereka lebih sering bertemu untuk mengadakan sosialisasi, meski hanya satu bulan dua kali.
Hari ini juga sedang sosialisasi di taman kota. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. Acara sudah selesai, Senja sedang istirahat duduk sendirian di salah sudut taman. Dia harus istirahat di tempat yang cukup sepi, karena jika istirahat di tempat yang banyak orang lalu lalang membuatnya tidak bisa istirahat. Karena Senja kalau melihat terlalu banyak orang lalu lalang akan membuatnya pusing.
“Ja kok sendirian aja gak gabung sama yang lain.” Tanya salah satu volunter bernama Jihan.
“Hehe, aku pengen menyendiri aja Han. Pengen selonjorin kaki juga, kalau bareng-bareng gak enak ah selonjoran.”
“Iya juga ya, capek gini paling enak emang selonjoran sih. Habis ini langsung pulang Ja?” Jihan ikut selonjoran.
“Iya Han, capek banget rasanya padahal Cuma 2 jam doang loh. Dasar manusia ini tidak memiliki cukup energi, kayaknya kurang olahraga haha.”
“Sama, kapan-kapan lah kita joging. Biar sehat gitu. Tapi kalau di pikir-pikir badanmu udah kurus Ja, kalau joging tambah kurus gak ya?”
“Enggak kayaknya, malah jadi berisi kali ya. Isi otot haha.”
Saat asik bercanda, tiba-tiba perhatian mereka terarah pada seseorang yang terlihat bahagia di jauh sana. Yah, sesorang itu adalah Langit. Memang Langit orang yang suka bersosialisasi, banyak dengan dengan siapapun. Tapi kali ini, dia terlihat sangat bahagia berbicara dengan sesorang.
“Ja, itu pacarnya Langit ya?” Tanya Jihan.
Senja diam sejenak, sepertinya kenal dengan perawakan wanita itu, hanya beberapa detik saja Senja kenal siapa wanita itu. Yang dia ingat itu adalah sahabat Langit. Teman dekat kecil Langit. Di masa lalu Senja tidak begitu memperhatikan Langit. Namun, saat melihat Langit tersenyum bahagia seperti itu membuatnya cemburu. Baru terlihat sekarang, betapa bahagianya Langit saat bersama Oliv.
Kok aku kemarin gak lihat ya bang Langit bisa sebahagia ini sama Oliv. Kemarin aku sibuk banget mikirin utang, jadi gak peduli sama bang Langit. Tapi sekarang aku cemburu.
“Iya kali.” Jawab Senja datar.
“Ketus banget sih mba, cemburu ya?”
“Iii enggak ya.”
Senja dan Jihan saling lempar candaan. Senja terlihat tersenyum meski hatinya terasa sakit karena melihat itu. Perasaan yang tidak bisa di deskripsikan, dan dia tidak bisa bertindak hanya bisa diam. Karena yang dia pikir, dia tidak mau membuat Langit menjauh karena tindakan konyolnya yang cemburu tiba-tiba, sedangkan saat ini dia belum ada status apapun dengan Langit.
“Ja, belum pulang ternyata.” Suara Langit terdengar menyebalkan di telinga Senja, karena rasa cemburunya.
“Iya haha.” Jawab Senja sambil tertawa menutupi rasa cemburunya.
“Lang, itu pacarmu tadi yang nyamperin?” Tanya Jihan.
“Eee bukan, itu temen kecilku Namanya Oliv. Sahabat ku sejak Tk yah kalau gak salah. Pokoknya pas masih kecil gitu.”