Di kafe.
Langit sudah datang satu jam lebih awal bersama Oliv. Karena kebetulan Oliv juga datang ke kafe itu untuk berdiskusi sesuatu hal yang penting dengan Langit. Kejadian itu begitu mendadak. Sehingga tidak terpikirkan sama sekali tempat lain untuk bertemu dengan Oliv. Makanya Oliv dan Langit bertemu di kafe itu, kafe yang sama untuk bertemu dengan Senja. Hanya beda waktu saja.
“Kenapa mau ngomong apa? Penting banget ya sampai dadakan gini?” Kesal Langit.
“Bebek! Dengerin yah, dua bulan lagi kan aku mau liburan kuliah.”
“Iyee terus kenapa?”
“Aku mau balik ke Jogja.”
“Ya udah balik aja sono, tumben amat ngomong, biasanya juga main pergi aja. Ntar tiba-tiba balik bawa banyak makanan dari mamak gue.”
“Dih, bahasamu, gak pantes! beb, ini masalahnya mama minta kamu juga pulang ke Jogja beb bareng aku. Ada apa ya?”
“Bentar!”
Langit mendengar namanya di panggil yang menandakan pesananya sudah siap. Sehingga Langit berjalan menuju tempat pesan dan mengambil pesanan. Kemudian dia teringat Senja, sebentar lagi akan datang. Lebih baik pesan sekarang dari pada nanti pesan lagi. Langit pun memesan minuman yang netral, yang kemungkinan di sukai sama banyak cewek. Langit memesan strowbery milk shake dan kentang goreng lagi. Kemudian kembali ke mejanya.
“Nih pesenan mu, sampai mana tadi?”
“Aku di suruh pulang beb. Tapi sama kamu. Itu kenapa?”
“Aaalah paling di suruh ikut liburan. Udah aku gak ikut disini aja aku, cari duwit yang banyak!”
Oliv diam dan berpikir.
“Emang ibuk gak bilang apa-apa beb? Gak suruh kamu pulang juga?”
“Enggak, ibuk gak bilang apa-apa. Udah gak usah di bikin repot. Bilang aja aku gak mau ikut liburan. Mau cari uang aja, nabung buat masa depan.”
Plak!
Oliv menampar pelan pipi Langit. Berusaha menyadarkan Langit, karena hal yang dia ucapkan barusan. Rasa-rasanya Langit sedang mengigau sehingga bisa berbicara bijak seperti ini. Karena lumrahnya ucapanya Langit bukan kata-kata yang serius dan bijak. Selalu bahan bercandaan. Dan mereka tertawa tipis.
Kemudian Oliv berpikir, mungkin benar apa yang di ucapkan Langit. Hanya sekedar mengajak liburan bersama. Karena memang kedua keluarga ini sangat dekat. Hal yang biasa jika mereka mengadakan acara liburan bersama.
Pembicaraan tidak berhenti sampai di situ. Oliv mulai curhat mengeluarkan semua keluh kesahnya saat kuliah. Terlebih bulan depan Oliv akan berada di waktu yang super cepat, karena dua bulan lagi akan liburan panjang, maka bulan depan semua mata kuliah di percepat karena akan ujian akhir semester. Belum lagi minggu ujian yang menghantui. Minggu dimana mahasiswa pontang panting mengejar deadline dan sering belajar sks (sistem kebut semalam). Tidak lama, nama Langit di panggil kembali. Kali ini Oliv yang mengambil pesanannya.
***
Langit sudah datang duluan. Di menjanya terlihat ada dua minuman dan makanan ringan disana. Dia terlihat senyum ke Senja. Membuat perasaan cemuburu yang masih membara tadi tiba-tiba hilang berubah menjadi perasaan berbungga-bungga. Senja membalas senyuman Langit. Saat berjalan lebih dekat, disana ada tas perempuan di kursi sebelah Langit. Perasaan berbunga-bungga tadi berubah runtuh karena tersambar petir cemburu.
“Nih Lang.” Ucap Senja sambil menyerahkan headsetnya. Senja ingin pergi langsung setelah memberikan benda itu ke Langit. Tapi Langit menahannya.
“Terima kasih.”
“Iya, aku duluan yah.”
“Loh nongkrong dulu lah disini, ngapai sih buru-buru masih jam 7 kok. Sini ngopi dulu.”