Sampai rumah Sandra sedang asik menonton video dari ponselnya. Sebelum masuk Senja sudah mengusap air matanya dan meredakan emosinya. Namun emosinya hanya berkurang sedikit, masih tersisa hawa sedihnya.
“Nih dek!”
“Wihh tumben di beliin jajan mbak? Ini kan roti kering yang di kafe depan kan? Ngapain kesana?”
Senja langsung masuk kamar dan tidur. Tidak lama Sandra menyusul menghampiri Senja.
“Mbak gak popo?”
“Enggak, aku ngantuk.”
Malam itu diakhiri dengan percakapan singkat. Sandra yang biasanya tidak bisa sehari tidak bertengkar dengan Senja. Sekarang diam, dia merasa kakaknya butuh ketenangan. Dia melanjutkan menonton video tapi kali ini di kamar sambil memakan camilan dari Langit.
Tidak lama Senja terlelap. Dia bermimpi dengan mimpi yang sudah tidak asing baginya, tempat ruang hampa yang pasti disana ada dirinya sendiri.
“Kamu lemah Ja, gitu aja nangis! Harusnya kamu lawan, kan sebenarnya kamu tuh gak suka sama Oliv sejak dulu. Bahkan dulu waktu pacaran sama Langit aja Oliv masih ganggu kalian kan. Udah balas dendam aja sekarang! Tunjukkan siapa kamu Ja... Masa depan mungkin bisa berubah tapi, kalau berubah jadi baik kan gak masalah.” Ucap Senja lain.
“Kenapa kamu muncul sekarang? Dari kemarin kemana? Aku pengen tanya banyak hal. Tapi kita kesampingkan dulu masalah itu. Benar juga katamu, aku harus melawan si genit Oliv itu. Tapi... Kalau nanti masa depan berubah jadi lebih buruk gimana?”
“Halah... Luapkan saja mana tau kan Oliv bisa di singkirkan mulai dini, kan jadi gak ganggu hubungan kalian nanti waktu pacaran di masa depan.” Ucap Senja Lain.
“Tapi... apa itu benar?”
“Kalau pun masa depan berubah kenapa? Kan memang keinginan mu kembali ke masa lalu karena ingin lebih menikmati momen dengan Langit kan. Kan takdirnya kalau sama kamu ya tetep sama kamu.”
“Masak iya?... kalau aku aku nanti gegabah, aku gak menikah sama Langit gimana?
“Ingat kemarin pas mau sok sokan beli lumpia eh ujung-ujungnya beli pentol juga kan.” Ucap Senja lain
“Udah... memang mungkin masa depan berubah, kamu tetap pemenangnya karena kamu lebih tau masa depan di banding Oliv. Kamu bisa mencegah semua kejadian buruk yang terjadi. Benarkan?” Lanjutnya.
Senja terdiam menimbang bagaimana baiknya, karena dia tidak ingin masa depannya berubah, dia takut nanti tidak akan bersama dengan Langit. Tapi di sisi lain ingin sekali dia meluapkan perasaanya kepada Oliv karena cemburu. Memang perasaan ini menyiksa sekali baginya, dulu sebelum ada rasa cinta ini. Dia bahkan tidak menanggap Oliv musuh, malah menganggap teman. Senja mulai menyesal berharap kembali ke masa lalu dengan ingatan dan perasaan yang masih sama, serta menahan diri untuk tetap bertingkah sesuai masa lalu.
“Lakukan saja. Jangan pendam rasa cemburumu.” Ucap Senja lain.
Senja hanya diam, dia masih bingung keputusan terbaik apa yang harus diambil. Antara meluapkan semua emosinya atau menahan perasaan cemburu yang berat ini. Senja lain semakin gencar membujuk untuk meluapkan emosi. Senja semakin stress dan berteriak untuk menghentikan suara Senja lain.
“Udah! Cukup!” Teriaknya.
“Jangan jadi orang lemah. Ungkapkan saja semua perasaanmu Senja. Ini kesempatan emas.” Bujuk Senja lain sambil tersenyum.
“Gak! Stop!”
★★★
“Mbak... mbak... hoe tangi mbak” Seru Sandra.