Ternyata ucapan Oliv menjadi kenyataan. Tiba-tiba Langit mengajak ketemu, awalnya Senja mengabaikan ajakan itu. Tapi karena Langit terus terusan mengajak akhirnya dia memberanikan diri untuk datang. Jujur sakit sekali rasanya melihat Oliv dan Langit. Meski dia sangat merindukan Langit, dia tidak mampu menahan rasa cemburunya.
“Nah gini dong ya, masa kita ketemu sebentar-sebentar doang sih kak?” Ucap Oliv membuka pembicaraan.
“Hehe.. Soalnya kita ketemu pas sibuk jadi yah gitu lah.”
“Sok sibuk amat si nih orang.” Langit menanggapi dengan becanda. Tapi tidak tau kenapa di telinga Senja itu bukan becanda. Masih kesal rasanya, rindu tapi sebal. Susah lah.
“Yee emang sibuk lah, orang kerja iya kan kak.” Oliv membela Senja.
“Iya.”
“Gak kayak aku pengangguran. Sedih.”
“Loh belum dapat kerja, mau kerja di toko sama aku.” Reflek yang tidak terduga, Senja mengucapkan itu.
“Halah mana bisa dia kerja Ja, anak mamih papih kok kerja sambil kuliah. Yang ada di suruh balik dia, soalnya ni orang gak bisa apa itu namanya multi choice?” Langit menyahut.
“Multitaskin beb dih.”
“Itu lah, dia tuh orangnya gampang banget gak bisa fokus. Makanya di suruh kelarin kuliahnya dulu baru boleh kerja.”
Oh iya aku lupa kalau Oliv disini sedang kuliah. Dan aku baru tau kalau bang Langit paham betul detail kehidupan Oliv. Apa mereka itu pacaran ya sekarang tapi aku gak tau. Kan waktu ini aku lagi-lagi belum tertarik sama Langit.
Langit dan Oliv bertengkar di depan Senja. Menyaksikan itu senja merasa cemburu dan tiba-tiba kalut, dan hampir saja membuat Senja meneteskan air mata. Mereka terlihat serasi, dia sampai berpikir kalau saja Langit bisa sama Oliv dia pasti bahagia. Tapi buru-buru dia menepis pikiran itu. Dia bersyukur telah menikah Langit di masa depan, meski belum tau sepenuhnya tentang Langit.
“Tuh kak, nyebelin banget kan dia.” Oliv mengadu memecah lamunan Senja.
“Iya emang iseng orangnya. Kalian lucu ya serasi.” Ucapan itu terlontar begitu saja,kali ini mulutnya yang berbicara sendiri tanpa Senja sadari.