Senja kembali ke ruangan ini, ruangan hampa yang mempertemukannya dengan dirinya yang lain. Kali ini tanpa di cari dia sudah ad di depan Senja.
“Bagaimana? Lebih nyamankan jika kamu mengungkapkan semuanya. Pasti terasa lega.” Ucap Senja lain.
“Iya, sangat lega. Tapi aku takut.”
“Apa yang kamu takutkan.”
“Aku takut semua akan berubah. Nanti aku gak menikah sama bang Langit gimana karena aku terlalu menyebalkan. Tujuanku kesini hanya untuk melihat bang Langit lebih lama, tidak ada yang lain.” Tegas Senja.
Senja lain malah tertawa terbahak-bahak, suaranya menggema di seluruh ruangan. Terasa aneh tapi memang itu suaranya saat tertawa. Seakan-akan ucapan barusan itu lucu. Padahal bagi Senja sama sekali tidak lucu. Ini ketakutannya terbesar.
“Ingat saat kemarin kamu pergi ke Jogja dengan belanja itu? Yang snacknya kamu pilih acak, dan juga itu lumpia untuk menganjal makan siang tapi malah nyatanya kamu membeli pentol.”
Senja mengangguk saja.
“Itulah Senja, jangan terlalu naif. Di masa depan kamu bersama Langit. Maka yakin saja, akan bersama langit juga, meski jalannya kadang yahh sedikit keluar jalur gak apa haha. Seperti halnya makan pentol kemarin, yah memang awalnya kamu menghindari pentol tapi ujung-ujunganya makan itu juga kan haha. Tanamkan ini di otakmu Senja. Apa yang di takdirkan untuk ya untukmu Ja. Sudah lepaskan semua Ja. Kapan lagi kamu bisa mengeluarkan unek-unekmu ke si wanita itu haha.”
“Jadi aku tidak akan merubah sejarah apapun yang ku lakukan.”
“Entah lah. Menutumu bagaimana? Sudah dengan begini kamu mendapat dua keutungan. Bertemu Langit lebih lama dan melepaskan semua emosi ke wanita itu.”
Senja terdiam berpikir sejenak mencerna semua ucapan bayangan bukan sisi lainnya? Entah siapapun pun itu. Dia pikir ada benarnya juga, dia yakin kelak dia akan tetap bersama Langit. Apa lagi tadi baru saja dia tau kalau Langit ternyata juga suka dengannya.
“Iya benar kata....” Belum sempat menjawab Senja lain sudah hilang meninggalkan ruagan hening itu.
“Ya udah lah ya, bener lah aku bisa melihat abang sambil mengungkapkan semua unek-unekku sama Oliv itu.”
Kring!!!
Alrm berbunyi membangunkan Senja. Langsung dia matikan alrm dan meregangkan tubuhnya. Moodnya sangat baik pagi ini karena percakapan singkat tadi. Meski Langit tidak datang seperti yang di katakan tadi dia tidak kecewa, karena dia berpikir positif karen mungkin Langit sedang sibuk. Senja langsung bergegas mandi kemudian menyiapkan sarapan. Hari ini simple saja tapi enak, roti bakar di isi telur saus dan sedikit sosis.
“Hoam... Tumben wes tangi, gek sregep eram wes gae sarapan. Kesambet opo mba? Opo delalah wingi bar pas ape semaput sirahmu natap mejo ngono maleh iso berubah kyok ngene.”
“Masih pagi gak usah ngomel, dah diam saja kau. Mau gak, gak mau ya udah aku bawa ke toko.”
“Ya mau lah!”